Lihat ke Halaman Asli

Syaiful W. HARAHAP

TERVERIFIKASI

Peminat masalah sosial kemasyarakatan dan pemerhati berita HIV/AIDS

Di Garut, Jabar, Penanggulangan HIV/AIDS Dilakukan di Hilir

Diperbarui: 25 Juni 2015   23:42

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Minimnya infrastruktur pelayanan bagi orang dengan HIV-AIDS (Odha) di Kab. Garut menjadi kendala penanggulangan kasus HIV-AIDS di Kab. Garut. Ini pernyataan Kabid. Pemberantasan Penyakit Menular (P2M) Dinas Kesehatan Kab Garut, Drs Dede Romansyah (Penanggulangan HIV-AIDS Terkendala Infrastruktur, www.pikiran-rakyat.com, 3/11-2011).

Pernyataan Dede itu menunjukkan penanggulangan HIV/AIDS yang terpusat di hilir. Artinya, di Garut orang ditunggu dulu tertular HIV baru ditangani.

Padahal, persoalan besar pada epidemi HIV adalah penularan di hulu yang sama sekali tidak tersentuh. Donor asing dan pemerintah pun lebih mengutamakan penanggulangan di hilir yaitu menangani orang-orang yang sudah tertular HIV melalui pemberian obat antiretroviral (ARV).

Disebutkan pula: ” .... jumlahnya terus bertambah setiap tahun, dan perlu penanganan serius yang bisa memberikan pelayanan kesehatan bagi mereka.” Ini pun membuktikan penanggulangan HIV/AIDS di Garut tidak sistematis karena hanya menunggu penduduk tertular HIV.

Sejak tahun 2007 sampai November 2011 sudah terdeteksi 136 kasus HIV/AIDS di Kab. Garut, yang terdiri atas 33 HIV dan 104 AIDS. Kematian tercatat 56. Sedangkan kasus HIV/AIDS pada anak-anak tercatat 11 dengan 3 kematian.

Sayang, wartawan yang menulis berita itu tidak menjelaskan apakah suami dari 11 ibu bayi pengidap HIV/AIDS itu sudah menjalani tes HIV. Jika belum maka 11 laki-laki itu akan menjadi mata rantai penyebaran HIV.

Penanggulangan yang hanya terjadi di hilir diperkuat melalui pernyataan Dede ini: "Belum adanya pusat pelayanan terpadu bagi Odha menjadi kendala penanggulangan HIV-AIDS di Kab. Garut."

Penanggulangan HIV/AIDS harus berjalan simultan yaitu di hulu dan hilir. Salah satu cara penanggulangan di hilir adalah upaya mengajak masyarakat, terutama laki-laki ’hidung belang’, untuk melindungi diri secara aktif agar tidak tertular HIV. Hal ini bisa terjadi kalau masyarakat sudah dibelaki dengan informasi HIV/AIDS yang akurat.

Celakanya, selain informasi yang disampaikan tidak akurat karena dibumbui dengan moral penyebaran informasi pun tidak konsisten. Media massa tidak dilibatkan secara aktif untuk menyebarluaskan informasi HIV/AIDS.

Disebutkan ada pemutaran film dokumenter yang menceritakan tentang pola hidup tidak beraturan dan berisiko sebagai penyebab tertularnya HIV/AIDS.

Lagi-lagi pernyataan di atas hanya mitor (anggapan yang salah). Tidak ada kaitan langsung atnara ’pola hidup tidak beraturan’ dengan penularan HIV. Lagi pula, apa, sih, yang dimaksud dengan ’pola hidup tidak beraturan’?

Pernyataan itu pun menyuburkan stigma (cap buruk) terhadap orang-orang yang tertular HIV sehingga mendorong diskriminasi (perlakuan yang berbeda) terhadap Odha. ***[Syaiful W. Harahap]***

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline