Beberapa hari lagi genap sudah 30 tahun AIDS terdeteksi, tapi pemahaman terhadap HIV/AIDS sebagai fakta (medis) masih saja ketinggalan kreta. Lihatlah judul berita ini: “Virus Mematikan. Suami-Istri Pengidap HIV/AIDS Meninggal” (regional.kompas.com, 30/5-2011).
Sampai hari ini belum ada laporan tentang kematian karena HIV sebagai virus. Kematian pada orang-orang yang tertular HIV terjadi pada masa AIDS (antara 5-15 tahun setelah tertular HIV) karena penyakit-penyakit yang muncul pada masa AIDS, disebut infeksi oportunistik, seperti diare, TB, dll.
Disebutkan: “Pasangan suami-istri pengidap penyakit HIV/AIDS di Kabupaten Madiun, Jawa Timur, meninggal dunia baru-baru ini. Sang istri meninggal dunia hari Minggu (29/5/2011), atau sebulan setelah kematian suaminya. Mereka meninggalkan seorang anak yang berumur kurang dari dua tahun.”
Dalam berita tidak disebutkan penyebab kematian suami istri pengidap HIV/AIDS ini. Akibatnya, masyarakat menganggap HIV/AIDS yang menyebabkan suami-istri itu meninggal. Kasus HIV pada ibu rumah tangga di Kab Madiun dikabarkan terbanyak (Lihat: http://regional.kompasiana.com/2011/04/07/aids-pada-ibu-rumah-tangga-di-kab-madiun-ditularkan-suami/).
Disebutkan pula: “Belum dipastikan apakah anaknya juga terinveksi virus mematikan itu.” Untuk melakukan tes HIV kepada bayi minimal usia bayi itu 18 bulan. Lagi pula untuk apa, sih, wartawan memperoalkan status HIV bayi yang ditinggalkan suami-istri itu. Ya, ini menunjukkan wartawan mencari sensasi.
Padahal, ada yang lebih penting. Bagaimana nasib bayi itu: siapa yang akan mengasuh, kondisi yang akan mengasuh, biaya berobatnya kelak, sekolah, dll. Tapi, ini justru sering luput karena tidak sensasional.
Kepala Bidang Pemberantasan Penyakit dan Upaya Kesehatan Dinas Kesehatan Kab Madiun, Soelistyono Widyantono, mengatakan, saat kasus kumulatif HIV/AIDS di Kab Madiun mencapai 21 yang terdeteksi tahu 2011. Tahun 2010 kasus HIV/AIDS 30. Total sejak 2002 hingga 2011 ini tercatat 110, dengan kematian 37.
Kasus HIV/AIDS di Kab Madiun 55 persen terdeteksi pada ibu rumah tangga yang tertular dari suami. Ini menunjukkan suami mereka melakukan hubungan seksual tanpa kondom, di dalam dan di luar nikah, dengan pasangan yang berganti-ganti atau dengan yang sering berganti-ganti pasangan, seperti pekerja seks komersial (PSK).
Tapi, seperti juga di daerah lain tidak ada intervensi yang konkret untuk mencegah penularan HIV pada laki-laki ‘hidung belang’. Maka, kasus demi kasus akan terus terdeteksi karena penyebaran pun terus terjadi tanpa disadari. ***
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H