Lihat ke Halaman Asli

Syaiful W. HARAHAP

TERVERIFIKASI

Peminat masalah sosial kemasyarakatan dan pemerhati berita HIV/AIDS

Kemusyrikan, Maksiat yang Luput dari Perhatian

Diperbarui: 26 Juni 2015   08:38

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Edan, 24 Jenazah Bayi di Sidoarjo Hilang Dicuri” (tvOne, 13/2-2010). Informasi itu kemudian dibahas dengan menghadirka ahli forensik. Agaknya, tvOne ingin membawa fakta itu ke ranah publik tapi mengabaikan realitas sosial terkait dengan mistik(hal gaib yang tidak terjangkau dengan akal manusia yang biasa).

Di dunia mistik mayat bayi merupakan salah satu ‘perlengkapan’ untuk keperluan santet (ilmu tentang penggunaan kekuatan gaib; ilmu gaib, seperti teluh, tuju, dsb). Mayat bayi yang dicari biasanya yang lahir pada malam tanggal 14 Selasa atau Jumat Kliwon.

Mayat bayi juga bisa ‘dihidupkan’ menjadi tuyul sebagai alat untuk mencari pesugihan (kekayaan).

Sedangkan mayat yang bunuh diri juga menjadi ‘perlengkapan; dukun santet. Kain kafan mayat yang bunuh diri dijadikan sebagai pembungkus benda-benda yang dikirim sebagai santet. Dikabarkan harga kain kafan mayat bunuh diri bisa mencapai jutaan rupiah per meter.

“Wah, ini dibungkus dengan kain kafat mayat bunuh diri,” kata Tatang, nama samaran, laki-laki penduduk Banten yang bisa menarik benda-benda yang dikirim yang tertanam di dalam tanah. Tatang mengatakan hal itu ketika menarik beberapa bungkus berbentuk mayat di sebuah rumah di Jakarta Timur.

Bungkusan berbentuk mayat sebesar betis orang dewasa itu berisi macam-macam benda, al.: beling, paku, jarum, gabah, foto yang disantet, bagian-bagian tubuh dan pakaian yang disantet, dll. “Biasanya saya mengangkat benda seperti ini orang yang disantet sudah mati,” kata Tatang.

Benda-benda yang ada dalam bungkusan kain kafan mayat bunuh itulah kemudian yang ‘naik’ dan masuk ke dalam tubuh yang disantet. Bisanya, naik melalui kaki ketika bungkusan itu terlangkahi.

Santet bisa dikirim untuk menyakiti, balas dendam, dll. Selain itu santet juga erat kaitannya dengan pesugihan untuk melumpuhkan calon tumbal. Bisanya, tumbal ‘diambil’ sekitar bulan Maulid.

Tidak sedikit orang yang memelihara pesugihan untuk mencari kekayaan, mulai dari tuyul, babi ngepet, nyupang dan buto ijo. Selain itu ada pula pengasihan untuk keperluan jabatan, jasa dan perdagangan.

Celakanya, agamawan tidak memasukkan pesugihan dan pengasihan sebagai maksiat. Yang selalu dikaitkan dengan maksiat hanya yang terkait langsung dengan seks, alkohol dan judi.

Padahal, pesugihan dan pengasihan merupakan bentuk kemusyrikan (orang yamg menyekutukan Tuhan). Tidak jelas mengapa ceramah agama jarang yang menyinggung pesugihan dan pengasihan.

Jika ada bnecana kalangan agamawan selalu mengaitkannya dengan maksiat, padahal kemusyrikan lebih merajelela daripada maksiat. Pantas saja negeri ini dirundung duka karena kemusyrikan yang merajalela. ***

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline