Lihat ke Halaman Asli

Syaiful W. HARAHAP

TERVERIFIKASI

Peminat masalah sosial kemasyarakatan dan pemerhati berita HIV/AIDS

Ada Odha yang Jadi PSK di Kab ‘Goyang Karawang’ Karawang

Diperbarui: 26 Juni 2015   09:33

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Penderita HIV/AIDS di Jabar Karawang Terbesar ke 5.” Ini judul berita di radarkarawangnews.blogspot.com (7/1-2011). Disebutkan kasus HV/AIDS di Kab Karawang, Jawa Barat, sudah dilaporkan 213 kasus.

Menurut Kepala Dinkes, dr. Asep Hidayat Lukman: ” .... pihaknya sering melakukan kegiatan zero survey untuk mengungkap kasus penyebaran HIV dengan menggunakan minilab yang dipusatkan di 2 tempat. Yaitu, di Desa Betokmati dan Lembaga Pemasyarakat Karawang.”

Sayang, dalam berita tidak dijelaskan siapa sasaran survailans tes HIV. Selama ini sasaran empuk survailan tes HIV adalah pekerja seks komersial (PSK). Kegiatan ini hanya sebatas mendapatkan angka sehingga tidak ada langkah konkret yang dilakukan untuk meredam penyebaran HIV melalui PSK.

Satu hal yang perlu diperhatikan adalah: (1) ada kemungkinan PSK yang terdeteksi HIV terular dari penduduk asli atau pendatang, (2) ada kemungkinan pula PSK yang ’beroperasi’ di Karawang sudah mengidap HIV. Dua kemungkinan ini sama risikonya terhadap masyarakat Karawangkarena laki-laki ’hidung belang’ akan menjadi mata rantai penyebaran HIV secara diam-diam karena mereka tidak menyadari dirinya sudah tertular HIV.

Ada beberapa faktor yang mendorong penyebaran HIV di Kab. Karawang.

Pertama, perempuan penduduk asli atau pendatang di Karawang yang menjadi PSK baik di Karawang maupun di luar Karawang akan menjadi mata rantai penyebaran HIV karena di Indonesia tidak ada ketentuan yang melindungi PSK dari risiko tertular HIV. Di Thailand PSK dilindungi dengan program ’wajib kondom 100 persen’ di lokalisasi pelacuran dan rumah bordir.

Kedua, PSK asal Karawang yang terdeteksi HIV di Prov Riau dan Prov Kep Riau selalu dipulangkan ke kampungnya. PSK asal Karawang yang dipulangkan tidak ditangani dengan baik sehingga mereka tetap menjadi PSK (Lihat: Syaiful W. Harahap, Derita Panjang Seorang Odha, http://edukasi.kompasiana.com/2010/12/07/derita-panjang-seorang-odha/).

Ketiga, ada PSK Odha (Orang dengan HIV/AIDS) kembali bekerja sebagai PSK karena tidak ada penanganan yang kontiniu. LSM yang selama ini mendampingi PSK Odha tidak lagi melakukan pendampingan karena ketidaan dana. Dana penanggulangan AIDS sekarang diberikan kepada Dines Karawang dan KPAD Kab. Karawang sehingga LSM tidak mendapat kucuran dana lagi.

Keempat, perempuan Karawang yang menjadi pekerja migran baik sebagai pembantu rumah tangga, PSK, atau TKW ke luar negeri tidak mendapat perhatian dari Pemkab Karawang. Di beberapa daerah ada TKW yang terdeteksi HIV.

Wakil Bupati Karawang, Cellica Nurrachadiana, merasa riskan dengan tingginya angka penderita HIV/AIDS. Dia menyarankan agar mereka terdeteksi HIV segera diobati. Tidak semua orang yang terdeteksi HIV langsung diobati karena pemberiaan obat antiretroviral (ARV) harus memenuhi aturan yaitu tingkat CD4 (dapat diketahui melalui pemeriksaan darah di laboratorium).

Yang jadi persoalan besar adalah orang-orang, penduduk asli atau pendatang, yang sudah mengidap HIV tapi tidak terdeteksi. Mereka inilah yang menjadi mata rantai penyebaran HIV di masyarakat tanpa mereka sadari. Dalam kaitan inilah diperlukan penyuluhan dengan materi HIV/AIDS yang akurat agar masyarakat bisa mengira-ngira perilakunya apakah berisiko atau tidak.

Yang dikhawatirkan adalah materi sosaliasi. Dikabarkan Dinkes Karawang melakukan sosialisasi kepada semua masyarakat agar menjahui narkoba, pergaulan bebas, hingga diarahkan pada perilaku sehat, setia pada pasangan.

Narkoba (narkotik dan bahan-bahan berbahaya)tidak perlu dijauhi karena penularan HIV terkait dengan narkoba hanya bisa terjadi kalau narkoba dipakai dengan jarum suntik secara bersama-sama dengan bergiliran.

Penularan HIV melalui hubungan seksual bisa terjadi karena di dalam dan di luar nikah berdasarkan kondisi hubungan seksual (salah satu mengidap HIV dan laki-laki tidak memakai kondom) bukan karena sifat hubungan seksual (pergaulan bebas).

’Perilaku sehat’ adalah jargon moral yang justru menenggelamkan fakta tentang cara-cara penularan HIV. Hanya ’orang sehat’ yang bisa melakukan hubungan seksual.

Banyak laki-laki ’hidung belang’ yang setia dengan istrinya, selingkuhannya dan PSK. Mereka biasanya mempunyai pasangan tetap di kalangan PSK.

Jika penaggulangan HIV/AIDS tetap mengedepankan moral maka selama itu pula masyarakat tidak memahami cara-cara yang konkret dalam melindungi diri agar tidak tertular HIV. Kalau ini yang terjadi maka Pemkab Karawang tinggal menunggu waktudi-’goyang’ ledakan AIDS. ***




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline