Lihat ke Halaman Asli

Syaiful W. HARAHAP

TERVERIFIKASI

Peminat masalah sosial kemasyarakatan dan pemerhati berita HIV/AIDS

AIDS dan "Simpanan"

Diperbarui: 26 Juni 2015   10:14

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Pengantar. Media massa memegang peranan yang penting dalam meningkatkan kepedulian masyarakat terhadap usaha-usaha pencegahan penularan HIV. Selain itu media massa juga berperan dalam memupus mitos-mitos (anggapan yang keliru) di seputar HIV/AIDS. Namun, biar pun informasi HIV/AIDS yang objektif, fair, akurat dan berempati sudah banjir tetapi tetap saja ada berita yang justru sebaliknya: menyuburkan mitos. Untuk itulah newsletter HindarAIDS mendirikan Selisik Media (media watch) menanggapi berita-berita tentang HIV/AIDS di media cetak. Tanggapan dikirimkan ke media yang bersangkutan, tetapi kalau tidak dimuat tanggapan tersebut dimuat di newsletter ini. Redaksi.

Kalau pernyataan "Dia mengatakan pengidap HIV/AIDS di Batam mencapai 56 orang yaitu delapan orang positif AIDS, 43 HIV, dan lima orang meninggal dunia" (Media Indonesia, 6/10-2000) merupakan kutipan dari pernyataan Chris Triwinasis, Sekretaris Penanggulangan HIV/AIDS Koordinasi Sosial (K3S) Batam tentulah sangat disayangkan. Soalnya, dalam terminologi HIV/AIDS tidak ada istilah positif AIDS karena AIDS bukan penyakit tetapi hanya istilah yang menunjukkan suatu kondisi yang ditandai dengan gejala-gejala penyakit.

Jika pernyataan seseorang yang berkaitan langsung dengan masalah HIV/AIDS saja sudah ngawur, mana mungkin pembaca (masyarakat) bisa diajak melihat HIV/AIDS dari kacamata yang objektif. Tetapi, bisa juga terjadi wartawan (berita ini bersumber dari LKBN Antara) yang salah kutip atau menuliskan kembali hasil wawancara dengan memasukkan opini pribadi yang dibalut dengan moralitas dirinya sendiri. Data ini pun perlu dikoreksi karena lima yang meninggal itu termasuk kasus AIDS, sehingga kasus AIDS bukan delapan tetapi 13.

Sebagai awam saya melihat ada pesan "moral" dalam berita itu. Sayang, pesan moral itu tidak objektif. Ini tercermin dari pernyataan: "pengidap HIV/ADS di Batam terbanyak berasal dari penjaja seks simpanan warga Singapura..." Ini memang fakta. Tetapi, wartawan yang menulis berita itu tidak mengaitkannya dengan fakta lain: pekerja seks yang menjadi simpanan warga negara Singapura yang HIV-positif itu bisa jadi sudah tertular HIV sebelum menjadi "simpanan". Bisa pula terjadi dia tertular dari warga negara Indonesia di Batam atau di daerah lain sebelum dia ke Batam.

Yang perlu diketahui HIV menular bukan karena sifat hubungan seks (di dalam atau di luar nikah, selingkuh, simpanan, jajan dll.), tetapi karena kondisi hubungan seks (dilakukan dengan yang sudah HIV-positif dan tidak menerapkan seks aman). Ini fakta (medis).

Dengan menonjolkan pesan moral yang tidak objektif pembaca awam pun sampai pada kesimpulan: HIV menular kalau berhubungan seks dengan wanita "simpanan". Kalangan awam pun akan merasa aman kalau berhubungan seks dengan penjaja seks yang bukan simpanan warga Singapura. Hal ini sangat berbahaya karena orang pun lupa melindungi diri secara aktif agar tidak tertular HIV dengan menghindari perilaku-perilaku yang berisiko tinggi tertular HIV.

Melindungi diri dapat dilakukan dengan menghindarkan hubungan seks (di dalam dan di luar nikah) tanpa kondom dengan pasangan yang berganti-ganti, tidak menerima transfusi darah yang tidak diskrining HIV, dan menolak penggunaan jarum dan semprit yang tidak steril. ***

[Sumber: Syaiful W. Harahap, Selisik Media, Newsletter HindarAIDS No. 56, 6 November 2000]




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline