Lihat ke Halaman Asli

Salman

Warga Negara Indonesia yang baik hati

Mengkritisi Survey LIPI

Diperbarui: 20 Juli 2018   20:59

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Kejengahan saya dengan konten-konten media pemberitaan baik online terlebih lagi online, dengan narasinya yang terpusat pada kepentingan elit dan melupakan para alit, semakin mencapai puncaknya ketika LIPI ikut-ikutan melakukan survey tentang Pileg dan Pilpres 2019...

Mau ngapain sih LIPI ini? Mau cari panggung? Mau jualan jasa konsultan politik?

Menyedihkan, sumbangsih buat bangsa minim, malah ikut2an pada kegiatan yang tidak bermafaat bagi kaum alit...

Apa manfaat hasil survey politik yang dilakukan oleh LIPI   pada tanggal 26 April 2018 hingga 9 Mei 2018, di seluruh provinsi di Indonesia dengan melibatkan 2100 orang responden.?

Sebelumnya, perlu diketahui bahwa saya berlatar ilmu statistika, tulisan ini akan mengungkapkan bahwa survey politik di Indonesia selain quick count tidak lebih dari bernilai dari sebuah  gossip murahan para artis karbitan minim prestasi.

Saya kutip dari trito.id ( https://tirto.id/survei-lipi-sebut-hanya-ada-enam-partai-lolos-ke-parlemen-cPs1)

"Untuk Pemilu 2019 yang akan datang hasil survei kita menunjukkan bahwa hanya 6 parpol yang mencapai [Parliamentary Threshold] atau di atas 4 persen," kata peneliti senior P2P LIPI, Syamsudin Haris di Senayan, Jakarta Selatan, Kamis (19/7/2018).

Enam partai tersebut antara lain, PDIP, Golkar, Gerindra, PKB, PPP, dan Partai Demokrat. Sementara partai yang berpotensi tidak lolos ke parlemen antara lain PKS, Perindo, PAN, Nasdem, Hanura, PBB, Partai Garuda, PSI, dan Partai Berkarya"

Sampah informasi inilah yang dihasilkan LIPI dengan mengeluarkan uang ratusan juta.  Terlihat di sini LIPI ini dipenuhi oleh orang-orang yang naif.

Fakta pertama saja, NasDem dan PAN merupakan partai yang calonnya di Pilkada kemarin terbanyak yang memenangi pemilihan.

Fakta Kedua, partai-partai belum jualan (kampanye) kok dibilang sudah keok ( tidak mencapai threshold parliament)

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline