Samarinda, - Sore itu Faristia Fatimah (6) dan puluhan anak-anak di Jl. AW. Syahrani Gg. 3 berkumpul di masjid untuk persiapan mengaji, beberapa anak masih asyik bermain lari berkejar-kejaran. Entah apa yang membuat Fatimah berlari menaiki tangga lantai dua masjid, dan di saat hendak turun lagi ke lantai satu ia terpeleset di tangga kemudian terjatuh, kepalanya membentur lantai.
Tangis Fatimah sontak mengalihkan perhatian orang-orang yang ada di masjid saat itu dan beberapa warga yang kebetulan sedang lewat. Oleh salah seorang warga Fatimah dibopong pulang ke rumahnya yang berjarak beberapa ratus meter dari masjid.
Nurlani Takimpo (35) sang ibu yang sedang ada di rumah sempat terkejut dan lemas ketika melihat anak bungsunya dibopong sambil menangis akibat terjatuh dari tangga masjid, ia segera memeluk anaknya sambil menanyakan bagian yang sakit.
Fatimah mengeluh kepalanya sakit dan pusing, beberapa jam kemudian ia mengalami muntah berkali-kali, karena tidak nampak adanya luka pada kepala Fatimahia tak dibawa ke dokter untuk dilakukan pengobatan. Menjelang pagi hari Nurlani memeriksa bagian kepala yang dikeluhkan oleh Fatimah.
"Saya sangat terkejut saat meraba bagian kepala yang sakit, bagian itu membengkak dan terasa lembek, khawatir terjadi hal-hal yang tak diinginkan saya langsung bangunkan suami untuk membawa ke Unit Gawat Darurat (UGD)," jelas Nurlani.
Fatimah dibawa ke RSUD AW. Syahrani, setibanya di UGD dokter segera memeriksa Fatimah, dengan menjalani serangkaian pemeriksaan akhirnya dokter memutuskan untuk melakukan operasi pada kepala Fatimah di hari itu juga karena mengalami cidera yang cukup serius.
"Saya tidak menyangka kalau harus segera dioperasi, dari awal masuk UGD sampai dengan dokter mengatakan harus operasi jaraknya hanya beberapa jam saja, pasti dokter punya pertimbangan khusus untuk menyelamatkan Fatimah," terang Nurlani.
Operasi berjalan kurang lebih tiga jam lamanya, setelah itu Fatimah masuk di ruang perawatan untuk menjalani pengobatan lebih lanjut. Fatimah menjalani perawatan selama delapan hari lamanya, setelah kondisinya sudah membaik akhirnya ia diperbolehkan pulang dan menjalani rawat jalan.
"Operasi dan perawatan selama delapan hari pasti biayanya mahal sekali, kalau harus bayar sendiri saya tidak akan sanggup, apalagi dadakan seperti ini kemana kami harus mencari uang, tapi untunglah keluarga saya punya Kartu JKN-KIS dari tempat suami kerja, sehingga tak sedikitpun kami keluar biaya, pelayanannya juga sangat baik," papar wanita asal Sulawesi Tenggara ini.
Suami Nurlani adalah peserta Program Jaminan Kesehatan Nasional -- Kartu Indonesia Sehat (JKN-KIS) dari segmen peserta Pekerja Penerima Upah (PPU), ia bekerja pada sebuah perusahaan penyalur tenaga kebersihan di Kota Samarinda.