Infia Rahma Adimia, Yumna Ulimasari dan Rosa Tiana Aprilia
(Mahasiswa Jurusan Akuntansi FE Unissula)
Drs. Osmad Muthaher, M.Si
(Dosen FE Universitas Islam Sultan Agung Semarang)
Perkembangan usaha bisnis ritel baik bidang makanan,minuman maupun furnitur semakin kompleks. Banyaknya perusahaan ritel yang membuka cabang di Indonesia menjadikan pangsa pasar lokal kalah saing dengan nasional. Secara umum bisnis ritel dalam kondisi sengit tidak hanya dari online tapi persaingan semakin ketat dengan adanya perubahan pola konsumsi masyarakat.
PT.Hero Supermarket Tbk adalah pioneer modern retail Indonesia yang berdiri pada tahun 1971 di Jakarta dengan bisnis supermarket, hipermarkert, kesehatan dan kecantikan dan perabotan rumah tangga terkemuka di Indonesia. Tahun 2018 Hero telah mengoperasikan empat unit bisnis : 447 toko terdiri dari 59 Giant Ekstra, 99 Giant Ekspres, 31 Hero Supermarket, 257 Guardian dan 1 IKEA.
Dampak negatif dari bisnis makanan sejak kuartal ketiga (Tahun 2017) yang turun 8% menjadi 8,34 triliun disebabkan penjualan like-for-like dan penutupan toko dengan kinerja yang lemah di segmen spermarket dan hipermarket. Untungnya bisnis non-makanan seperti Guardian dan IKEA menaikan pendapatan 13% menjadi Rp.1,62 triliun.
Guardian mendapat manfaat berkelanjutan dari program rasionalisasi toko berkinerja lemah pada tahun 2016. Fokus yang lebih besar pada segmen kecantikan telah bersinergi dengan pelanggan, kategori ini telah mendorong pertumbuhan bisnis. Pada IKEA kinerja penjualan meningkat signifikan dibandingkan tahun sebelumnya. Katalog IKEA yang fokus pada konsep ruang tamu diluncurkan dan diterima baik oleh pelanggan. Aktivitas perdagangan online IKEA terus berkembang seiring dengan IKEA E-commerce distribution point yang dibuka di Surabaya.
PT. Hero mengejutkan publik dengan menutup 26 gerai dan PHK terhadap 532 orang karyawan. Di karenakan kerugian operasional, munculnya berbelanja online hingga tantangan berat seperti regulasi yang harus dipenuhi melalui perizinan, mengakibatkan ekonomi biaya tinggi dan mempengaruhi profitabilitas bisnis ritel.
Per September 2018 bisnis Giant dan Hero turun 6% dan rugi sebesar Rp163 miliar. Tahun 2018 PT.Hero telah merekrut sejumlah eksekutif baru yang berpengalaman dan memulai program perubahan memperbaiki bisnis makanan sambil mengembangkan bisnis non-makanan agar dapat meningkatkan kinerja perseroan.