FPCI Chapter UMY Participates in Indonesia Net Zero Summit 2024: A Call for Collective Action in Addressing Climate Change
Notulensi milik Muhammad Arsyad Rifqy, Tabriz Makarim, Rakay Gibran Algani & Disusun Oleh Shaina Neysa Hanifa
FPCI Chapter UMY kembali berpartisipasi dalam menghadiri konferensi lingkungan terbesar di Indonesia, Indonesia Net Zero Summit 2024, sebuah konferensi lingkungan terbesar di Indonesia yang diselenggarakan oleh Foreign Policy Community of Indonesia (FPCI) pusat. Dalam acara ini, FPCI mengundang berbagai tokoh penting, mulai dari teknokrat dan peneliti hingga Menteri Keuangan Indonesia, Sri Mulyani, serta influencer ternama, untuk berbagi pandangan mereka sebagai pembicara dalam forum diskusi.
Pada acara pembukaan Indonesia Net Zero Summit 2024, Dr. Dino Patti Djalal, tokoh diplomatik terkemuka Indonesia, menyampaikan pesan yang kuat mengenai urgensi menghadapi perubahan iklim. Beliau memulai sambutannya dengan menyatakan bahwa perubahan iklim adalah musuh terbesar yang pernah dihadapi, bahkan dibandingkan dengan tantangan selama karirnya sebagai diplomat. Perubahan iklim digambarkan sebagai ancaman global yang tidak pandang bulu, menyerang setiap bangsa tanpa terkecuali. Dalam pidatonya, Dino Patti Djalal mendesak semua pihak, dari pemerintah hingga masyarakat sipil, untuk bersatu dalam perang melawan perubahan iklim.
Menurut Dino Patti Djalal, aksi iklim harus menjadi prioritas utama dalam upaya mencapai Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDG). Ia menekankan bahwa Indonesia, dengan segala potensinya, harus berada di garis depan dalam perjuangan ini dan berperan sebagai juara dalam mencapai dunia yang netral karbon. Dino Patti Djalal menutup pernyataannya dengan menekankan pentingnya keterlibatan seluruh sektor, termasuk sektor swasta, dalam mencapai target net-zero pada tahun 2050.
Dalam kesempatan yang sama, Menteri Keuangan Sri Mulyani menyampaikan apresiasinya terhadap perjuangan kolektif melawan perubahan iklim. Dalam sambutannya, ia menegaskan bahwa penghargaan Climate Hero Award bukan hanya milik individu atau kelompok tertentu, tetapi milik semua orang yang berkontribusi dalam menjaga kelestarian bumi. "Penghargaan ini milik kalian semua," ungkap Sri Mulyani, sebagai pengakuan atas kontribusi semua pihak dalam upaya pelestarian lingkungan.
Wakil Menteri Luar Negeri, Pahala Nugraha Mansury, S.E., M.B.A juga memberikan pandangannya, menyoroti peran strategis Indonesia sebagai negara dengan ekonomi terbesar ke-16 di dunia, yang diproyeksikan akan menjadi ke-5. Beliau menekankan bahwa dalam menghadapi perubahan iklim, Indonesia harus mematuhi prinsip-prinsip lingkungan yang ketat, termasuk dalam pengelolaan karbon dan perbaikan sektor energi yang bertanggung jawab atas mayoritas emisi gas rumah kaca. Lebih dari itu, beliau menekankan pentingnya kolaborasi antara pemerintah, masyarakat, dan sektor swasta dalam meningkatkan kemampuan adaptasi terhadap perubahan iklim.
Gubernur Jawa Barat, Ridwan Kamil, mengakhiri sesi pembukaan dengan membagikan pengalamannya dari seorang aktivis yang peduli terhadap isu-isu lingkungan hingga menjadi pemimpin perubahan. Sebagai gubernur, Ridwan Kamil telah mengambil langkah-langkah konkret, termasuk menanam 80 juta pohon di Jawa Barat dan menjadi pejabat pertama di Indonesia yang menggunakan mobil listrik. Ia juga mendorong penerapan konsep bekerja dari rumah sebagai upaya mengurangi mobilitas yang berlebihan dan emisi karbon. Ridwan Kamil menekankan bahwa perubahan besar ini membutuhkan kemauan politik yang kuat, dan berharap lebih banyak pemimpin yang peduli terhadap isu lingkungan dapat bergabung dalam perjuangan ini.
Acara ini menjadi momentum penting bagi semua peran yang terlibat dalam mempertegas komitmen Indonesia menuju perang melawan perubahan iklim, dengan dukungan penuh dari berbagai pemimpin dan elemen masyarakat.
- Studio 1
"Indonesia di Tengah Pertarungan Geopolitik Perubahan Iklim"