Lihat ke Halaman Asli

shainaaney

International Relations Student

Dialog Konstruktif: Mengatasi Tantangan Kultur & Budaya dalam Menempuh Pendidikan di Amerika Serikat

Diperbarui: 3 Agustus 2024   15:05

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Instagram Live Ade Nurma, Gerpatius Bagau, Paskalis Kaipman & Fernando Tanatty. 

Jakarta, 2 Agustus 2024 – Dalam rangka membentuk dialog konstruktif dan membagi pengalaman menempuh pendidikan di Amerika Serikat, FPCI UMY berkolaborasi  dengan KBRI Amerika Serikat menyelenggarakan lewat IG LIVE Instagram. Mengundang para mahasiswa dan alumni yang telah berkuliah di luar negeri berkumpul untuk berbagi pengalaman mengenai tantangan kultur dan budaya yang dihadapi. Acara ini dimoderatori oleh Ade Nurma Efendi selaku Public Figure yang akan membersamai 4 narasumber terhormat seperti Fernando Tanatty, Paskalis Kaipman, dan Gerpatius Bagau. Diskusi ini memberikan wawasan mendalam mengenai kehidupan akademik di Amerika Serikat dan bagaimana mereka mengatasi berbagai tantangan lewat IG LIVE Instagram. Mengundang para mahasiswa dan alumni yang telah berkuliah di luar negeri berkumpul untuk berbagi pengalaman mengenai tantangan kultur dan budaya yang dihadapi. Acara ini dimoderatori oleh Ade Nurma Efendi selaku Public Figure yang akan membersamai 4 narasumber terhormat seperti Fernando Tanatty, Paskalis Kaipman, dan Gerpatius Bagau. Diskusi ini memberikan wawasan mendalam mengenai kehidupan akademik di Amerika Serikat dan bagaimana mereka mengatasi berbagai tantangan.


Acara ini dimulai pada pukul 20.05 dengan sesi perkenalan singkat mengenai latar belakang pendidikan dari masing-masing pembicara. Ade Nurma Efendi memulai diskusi dengan menanyakan mengenai tantangan beradaptasi yang diperlukan selama menempuh pendidikan di Amerika Serikat. Fernando Tanatty yang saat ini bekerja sebagai Customer Service dan Gate Agent, United Airlines di Denver International Airport, Colorado, menjelaskan pentingnya beradaptasi dengan perbedaan kultur sosial, seperti kebiasaan untuk lebih sering menggunakan kata "please" sebagai bentuk sopan santun. Selanjutnya, Ade Nurma Efendi menanyakan mengenai perbedaan budaya dalam lingkungan perkuliahan. Gerpatius Bagau selaku civitas akademika di Corban University menjelaskan bahwa relasi antara mahasiswa dan professor atau dosen di Amerika Serikat lebih setara dan terbuka, serta adanya peraturan yang ketat dalam mematuhi prosedur akademik.

Paskalis Kaipman selaku Dosen Tetap di Universitas Internasional Papua, Jayapura, menambahkan bahwa mahasiswa harus lebih siap menggunakan fasilitas pemetaan dan menghindari terlalu ikut campur dalam urusan orang lain. Dia juga menekankan pentingnya memanfaatkan waktu luang untuk memperdalam literasi akademik dan diskusi mendalam tentang materi kuliah.

Kemudian, Ade Nurma selaku moderator mengulik lebih dalam terkait tantangan terbesar selama kuliah atau bekerja di Amerika Serikat. Fernando Tanatty menekankan pentingnya manajemen waktu yang disiplin dan kemampuan untuk mengatasi masalah yang muncul dalam pelayanan customer. Sayangnya, karena kendala teknis, pembicaraan Fernando terputus, sehingga Gerpatius Bagau melanjutkan diskusi. Dia menyoroti tantangan dalam pembagian beasiswa dan ketepatan waktu pembayaran tagihan pendidikan, serta pentingnya keahlian di dunia kerja untuk menambah pemasukan.

Paskalis Kaipman memberikan pesan bahwa meskipun ada rasa rindu akan Indonesia, banyak komunitas mahasiswa Indonesia di Amerika Serikat yang bisa membantu. Dia juga menyebutkan tantangan dalam membaca banyak artikel dan memaparkan hasil bacaan dalam diskusi kelas.

Dalam sesi terakhir, para pembicara membahas visi dan tujuan masa depan mereka. Fernando Tanatty ingin berkontribusi dalam pembangunan Papua melalui keterlibatan langsung dan pengembangan institusi pendidikan. Gerpatius Bagau berfokus pada kolaborasi dengan anggota KBRI untuk pengembangan infrastruktur pendidikan, sedangkan Paskalis Kaipman ingin membawa pengalaman dan ilmu dari luar negeri ke Papua melalui International University of Papua.

Sebagai penutup, masing-masing pembicara memberikan pesan dan saran bagi peserta IG LIVE yang ingin menempuh pendidikan maupun bekerja di Amerika Serikat. Fernando Tanatty menekankan pentingnya dedikasi, kerja keras, dan kompetensi diri. Gerpatius Bagau menyarankan untuk menentukan skala prioritas sendiri dan berani menolak tawaran yang tidak sesuai. Paskalis Kaipman mengajak untuk tekun, beriman, dan bekerja keras dalam mencapai cita-cita, serta membangun soft skills yang penting untuk keberhasilan. Acara ditutup pada pukul 21.49 oleh Ade Nurma Efendi, menandai akhir dari diskusi yang sangat inspiratif dan bermanfaat bagi semua peserta.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline