Jika kita berbicara mengenai media sosial, pasti hampir semua orang memiliki dan menggunakan media sosial untuk berinteraksi satu sama lain. Lalu media sosial apakah yang saat ini kalian gunakan? Youtube, Facebook, Instagram atau bahkan Twitter? Membahas tentang media sosial, sekarang hampir setiap orang dapat memiliki dan menggunakan aplikasi media sosial tersebut. Berdasarkan data Kementerian Komunikasi, pada akhir Juni 2011, pengguna Internet di Indonesia sebesar 45 juta orang, 64 persen atau 28 juta pengguna berada pada rentang usia 15 sampai 19 tahun. Saat ini, jumlahnya sudah meningkat tajam hingga lebih dari 150 juta orang.
Adanya kebebasan dalam mengakses internet memudahkan orang-orang untuk mengakses media sosial, dan tentunya layanan tersebut mempermudah orang dalam mencari informasi apapun dan berinteraksi melalui dunia maya dengan siapapun. Dengan media sosial pula kita dapat bergabung dengan sebuah komunitas, menemukan teman lama, dan berkenalan dengan teman baru. Kita juga bisa mencari dan mendapatkan info-info yang sedang viral saat ini di media sosial.
Karna kita dapat dengan mudahnya mengakses media sosial, secara tidak sadar kita bisa kecanduan akan media sosial. Bahkan, pada kasus-kasus tertentu, seseorang bisa sangat takut dan cemas bila tidak terhubung dengan akun media sosialnya walau hanya beberapa menit. Jika memang hal itu terjadi terhadap Anda, berarti secara tidak sadar Anda sudah terkena gangguan yang biasanya disebut FoMO (Fear of Missing Out).
Apakah Anda tidak asing mendengar kata FoMO?
FoMO atau Fear of Missing Out adalah rasa takut “tertinggal” karena tidak mengikuti aktivitas atau info-info terkini. Sebuah perasaan cemas dan takut yang timbul di dalam diri seseorang akibat ketinggalan sesuatu yang baru, seperti berita, tren, dan hal lainnya.
8 dari 10 orang yang menggunakan media sosial mengakui, bahwa dirinya terkena FoMO. Mereka takut tertinggal info atau bahkan tren yang sedang viral saat ini.
Seperti yang dilansir VeryWellMind, perasaan FoMo ini dapat terjadi pada semua gender dan umur. Seseorang yang mengalami FoMo memiliki tingkat kepuasan hidup yang lebih rendah karena terus membandingkan hidupnya dengan orang lain. Kemudian timbul pertanyaan apakah kita termasuk yang mengalami perasaan FoMO? Kenali gejala-gejala berikut yang mungkin muncul.
- Selalu mengecek gadget. Kebiasaan memegang gadget seakan sudah tidak bisa dihilangkan. Seseorang yang mengalami FoMO akan selalu mengecek ponsel tepat ketika bangun tidur bahkan sebelum tidur seakan tidak mau ketinggalan berita apapun.
- Lebih peduli dengan media sosial daripada kehidupan nyata akibatnya muncul keinginan untuk diakui orang lain di dunia maya.
- Selalu ingin tahu kehidupan orang lain.
- Selalu ingin tahu gosip terbaru.
- Mengeluarkan uang melebihi kemampuan dan membeli hal yang sebenarnya tidak penting dengan dalih agar tidak ketinggalan zaman.
- Mengatakan “ya” bahkan disaat sedang tidak ingin. Hal ini sering terjadi ketika seseorang tidak ingin ketinggalan apapun sehingga selalu menerima setiap ajakan yang sebenarnya tidak menarik atau tidak perlu.
FoMO dapat menyebabkan hal-hal negatif yang nantinya dapat terjadi seperti depresi, mudah lelah, dan dapat mengganggu kualitas tidur kita. Gangguan FoMO dapat berbahaya, karena dapat meningkatkan rasa tidak bahagia dan ketidakpuasan dalam hidup. Akibatnya, hal ini dapat meningkatkan keinginan untuk terus menggunakan media sosial. Selain itu, FoMO dapat menyebabkan keterlibatan yang lebih besar dalam perilaku tidak sehat.
Walaupun memang sulit, namun kita harus cepat menyadari akan hal ini. Cara mengatasi agar kita tidak terkena FoMO yaitu adalah JoMO. JoMO (joy of missing out) adalah istilah yang merujuk pada tindakan untuk tidak terlibat dalam kegiatan tertentu, terutama yang berkaitan dengan media sosial atau sumber hiburan lainnya.
JoMO didefinisikan sebagai perasaan kepuasan diri di mana seseorang sudah merasa cukup dengan hidupnya sehingga mereka merasa bebas dan lebih fokus pada hal-hal yang mereka senangi. Mereka yang menerapkan JoMO cenderung lebih tenang menjalani hidup tanpa takut melewatkan kesenangan bersama teman-teman.
Adanya istilah JoMO diharapkan dapat melatih seseorang untuk mengendalikan obsesi yang berlebih, salah satunya dengan membatasi penggunaan media sosial. Efek media sosial sudah banyak diketahui dapat memberikan pengaruh yang besar pada kesehatan mental, terutama di kalangan remaja. Tak jarang mereka dilanda perasaan kesepian dan stres setelah melihat akun media sosial orang lain.