Lihat ke Halaman Asli

Sekjen PDIP Bongkar Sepak Terjang Abraham Samad

Diperbarui: 17 Juni 2015   12:35

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

14219130832074965500

[caption id="attachment_392586" align="aligncenter" width="603" caption="Sumber: harianterbit.com"][/caption]

Penunjukkan Budi Gunawan sebagai Kapolri semakin berbuntut panjang. Hal yang mungkin bisa dibilang sangat mengejutkan satu per satu bermunculan. Tidak lama setelah Budi Gunawan ditunjuk untuk mejadi Kapolri oleh Jokowi, secara tiba-tiba KPK menjadikan dirinya sebagai tersangka terkait rekening gendut. Sehari berselang, giliran Ketua KPK Abraham Samad yang diserang dengan beredar foto dirinya bersama Puteri Indonesia Elvira Devinamira.

Sekarang, buntut panjang dari penunjukkan Budi Gunawan sebagai Kapolri adalah babak pertempuran antara PDI-P dengan Ketua KPK, Abraham Samad. Pihak PDI-P sendiri, yaitu Hasto Kristianto mengaku kecewa dengan penetapan Budi Gunawan sebagai tersangka oleh KPK.

Hasto mengkritik tajam penetapan tersebut bahkan menyebutkan bahwa KPK tak bisa lepas dari kepentingan politik. Misalnya, kasus Sprindik Anas yang bocor ke publik, memanfaatkan beberapa momentum dalam menetapkan tersangka, seperti ulang tahun, pengangkatan pejabat, dan politik drama. Selain itu, bentuk kekecewaan Hasto juga ditunjukkan dengan membeberkan tindak tanduk Abraham Samad yang berupaya melakukan pendekatan agar dipilih PDI-P sebagai Wakil Presiden.

Pembeberan hal tersebut dilakukan dalam gelar jumpa pers yang diadakan hari ini oleh Hasto di bekas Posko Penanganan Jokowi dalam Pilpres di Jalan Cemara No.19 Jakarta Pusat. Jumpa pers itu akan membuka testimoni sepak terjang Abraham Samad dalam Pilpres 2014. Dalam pertemuan ini, Hasto tak sendirian, ia didampingi oleh mantan Kepala BIN Hendropriyono yang juga merupakan bagian dari tim sukses Jokowi dalam Pilpres 2014.

Di dalam pertemuan itu, Hasto mengeluarkan sebuah pernyataan terkait tindak-tanduk Abraham Samad yang tidak bisa melepaskan KPK tidak bisa lepas dari kepentingan politik. Berikut pernyataan dari Hasto,

Abraham Samadyang memimpin institusi yang sangat besar dan dipercaya publik kami harapkan untuk berani mengakui bahwa banyak pertemuan yang dilakukan, sekurang-kurangnya dengan para petinggi kedua partai politik PDIP dan NasDem, dalam kaitannya dengan proses pencalonan beliau sebagai calon wakil presiden pada pemilu presiden 2014 lalu adalah benar dan hal tersebut atas inisiatif tim sukses Bapak Abraham Samad yang berinisial D,"

Abraham Samad diketahui bahwa pernah melakukan pertemuan dengan pihak PDI-P terkait pembahasan Wapres Jokowi dalam Pilpres 2014. Setelah melakukan beberapa pertemuan, Abraham Samad sudah hampir deal dalam menjadi Wapres dari Jokowi.

Akan tetapi, pada akhirnya Abraham Samad gagal menjadi Wapres Jokowi karena Jusuf Kalla lebih yang dipilih. Kegagalan dirinya dalam menjadi Wapres Jokowi, tidak bisa diterima dengan legowo oleh Abraham Samad.

Menurut artikel yang berjudul Rumah Kaca Abraham Samad, orang yang paling menentang Abraham Samad menjadi Wapres Jokowi adalah Budi Gunawan. Dijelaskan juga bahwa Abraham Samad sudah mengetahui  orang yang paling menentang atau dalang di balik kegagalannya menjadi Wapres Jokowi dan berjanji akan mengabisinya, yaitu Budi Gunawan. Berikut pernyataannya dalam artikel berita berjudul Hasto: Samad Sebut Kegagalannya Karena Budi,

"Abraham mengatakan, saya tahu karena saya sudah melakukan penyadapan. Yang menyebabkan kegagalan saya bapak Budi Gunawan,"

Sesuai dengan pernyataan Hasto bahwa kini KPK telah dijadikan alat politik oleh Abraham Samad dan pada akhirnya kasus korupsi besar di Indonesia menjadi tidak tertangani dengan baik karena sudah bercampur berbagai macam kepentingan.

Sumber terkait:

http://www.merdeka.com/peristiwa/pdip-beberkan-kelakuan-abraham-samad-tak-selalu-bersih.html

http://www.rmol.co/read/2015/01/22/187895/Siang-Ini-Sekjen-PDIP-Bongkar-Sepak-Terjang-Abraham-Samad-

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline