Filosofi Petani
Keringat datang silih berganti
Tak pernah terhitung oleh anak jari
Badai Melanda
Tak pernah berbisik dengan kata permisi
Cuaca yang bermuara, selalu lepas dari kompas nalar yang ada
Hama menyerang, seolah-olah tak pernah punya kandang
Cangkul, selalu bermandikan lumpur
Walaupun ia tau, suatu saat ia akan terbanting dan pecah