Lihat ke Halaman Asli

Inkuiri Apresiatif dengan Tahapan BAGJA untuk Mewujudkan Cita-cita Murid

Diperbarui: 22 November 2021   21:04

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Foto: Dokumentasi Pribadi

INE ERNA ANDRIANA

SMPN 1 SENDANG

CGP ANGKATAN 4 KELAS 119

KABUPATEN TULUNGAGUNG

Sekolah merupakan tempat mencari ilmu dan mengembangkan karakter siswa hingga terbentuk sebagai Pelajar Pancasila. Setiap anak belajar bukan tanpa tujuan, mereka pasti mempunyai cita-cita yang ingin dicapai. Untuk mewujudkan cita-cita tersebut tentunya harus ada pendekatan yang dilakukan, misalnya dengan Pendekatan Inkuiri Apresiatif (IA). IA merupakan model sekaligus pardigma manajemen perubahan yang memegang prinsip psikologi dan pendidikan positif serta pendekatan berbasis kekuatan. IA ini berfokus pada kekuatan, potensi, dan nilai-nilai positif yang dimiliki tiap anak. Guru berperan untuk menuntun anak sesuai kodrat alam dan zaman masing-masing. Guru tidak dapat menyamaratakan potensi tiap anak. Anak itu unik. Mereka memiliki minat, bakat, potensi, serta sikap yang berbeda-beda sesuai kodrat alamnya. Sebagai guru hanya bertugas menuntun laku dan tumbuh anak agar mencapai keselamatan setinggi-tingginya. Oleh karena itu, IA sangat diperlukan dalam mewujudkan mimpi tiap anak.

Peran sekolah sangat penting dalam penerapan model IA. Sekolah adalah tempat belajar utama yang memberikan lingkungan yang mendukung dan sesuai agar sekolah dapat mewujudkan visi sekolah dengan baik. Sekolah bukanlah pabrik yang mencetak pengetahuan atas nama kurikulum. Sekolah adalah tempat belajar. Kolaborasi dari berbagai pihak dibutuhkan agar terjadi perubahan dan perbaikan kualitas. Ada lima tahapan model IA yang biasa diakronimkan dengan BAGJA. BAGJA dalam bahasa Sunda bermakna Bahagia. Harapan ke depan anak-anak memperoleh kebahagian karena dapat meraih mimpi-mimpinya. Tahapan BAGJA yaitu B (Buat pertanyaan awal), A (Ambil pelajaran), G (Gali mimpi), J (Jabarkan rencana), A (Atur eksekusi).

IA mengedepankan paradigma bahwa tiap anak mempunyai kekuatan dan nilai-nilai positif. Guru selayaknya membimbing anak agar tumbuh kembang dengan baik dan secara sadar menjadi generasi muda yang berkompeten. Hidupkan mimpi-mimpi mereka, beri mereka harapan, ajari cara mengatasi kelemahan dan keterbatasan hingga mimpi-mimpi mereka terwujud. Guru sebagai agen transformasi perubahan harus memberi kemudahan, motivasi, dan memfasilitasi anak dalam belajara dengan melakukan hal-hal berikut: 1) Kemitraan (jalin kedekatan emosional); 2) Pengalaman nyata (bagi pengalaman kita), 3) Kebersamaan (tanamkan indahnya kebersamaan dalam perbedaan); 4) Partisipasi aktif (munculkan keingitahuan dan rasa tanggung jawab atas kewajiban dan hak mereka); 5) Mandiri (tidak mengintervensi mimpi mereka); 6) Manajemen (mengatur waktu dengan baik); dan 7) Kearifan lokal (menyikapi tiap permasalahan dengan kondisi di daerah setempat).

Hal-hal tersebut di atas jika diterapkan dengan sungguh-sungguh maka akan terlaksana merdeka belajar yang disesuaikan dengan kodrat anak masing-masing. Guru hendaknya menumbuhkan kesadaran, kemandirian, dan memberikan kebebasan bereksplorasi tanpa adanya paksaan dan tekanan. Mari kita wujudkan merdeka belajar untuk melahirkan Pelajar Pancasila melalui pendekatan IA dengan tahapan BAGJA.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline