Lihat ke Halaman Asli

INDRO WICAKSONO

MAN 2 KOTA PROBOLINGGO

Peran Penting "Design Thinking" dalam Proses Pembelajaran Abad 21

Diperbarui: 8 September 2024   02:58

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Pendidikan abad ke-21 menghadapi tantangan baru, terutama dalam hal integrasi teknologi ke dalam proses pembelajaran. Dalam artikel yang diterbitkan pada 2012 oleh Tsai dan Chai menyoroti masalah ini melalui konsep "hambatan orde ketiga", yang belum banyak dibahas dalam literatur sebelumnya. Artikel ini menunjukkan bahwa meskipun hambatan pertama (akses teknologi dan dukungan institusional) dan hambatan kedua (keyakinan dan sikap guru terhadap teknologi) sudah sering dibahas dan sebagian besar telah diatasi, namun masih ada satu tantangan utama yang sering diabaikan, yaitu "design thinking". Tsai dan Chai berpendapat bahwa tanpa kemampuan "design thinking" ini, integrasi teknologi di kelas tidak akan berhasil sepenuhnya. Data ini menunjukkan betapa pentingnya memfokuskan perhatian pada pengembangan keterampilan desain dalam pendidikan guru.

Dalam sebuah studi oleh Ertmer (1999), hambatan pertama dan kedua sudah jelas terdefinisikan. Hambatan pertama sering kali berkaitan dengan infrastruktur, sementara hambatan kedua adalah keyakinan internal guru. Namun, hanya dengan mengatasi kedua hambatan ini, integrasi teknologi tidak serta merta terjadi di lapangan. Inilah yang kemudian diperjelas oleh Tsai dan Chai melalui konsep mereka. Mereka menunjukkan bahwa sekitar 60% sekolah yang memiliki akses teknologi dan dukungan staf masih mengalami kesulitan dalam mengintegrasikan teknologi ke dalam kurikulum karena kurangnya pemahaman tentang bagaimana memanfaatkannya secara kreatif dan efektif.

Design thinking memungkinkan guru untuk berpikir secara inovatif dan responsif terhadap konteks dinamis di kelas. Oleh karena itu, jika pendidikan guru gagal untuk membekali calon pendidik dengan keterampilan ini, teknologi akan tetap menjadi alat yang kurang optimal dalam mendukung pembelajaran.

***

Menurut Tsai dan Chai (2012), design thinking adalah keterampilan yang sangat dibutuhkan oleh guru untuk berhasil mengintegrasikan teknologi ke dalam pembelajaran. Tanpa keterampilan ini, guru mungkin memiliki akses terhadap teknologi, dukungan, dan pelatihan, tetapi masih tidak dapat menerapkannya secara efektif dalam pengajaran. Design thinking berfokus pada kemampuan untuk merancang, beradaptasi, dan menyelesaikan masalah dengan cara yang inovatif, sesuai dengan kebutuhan spesifik siswa dan konteks pembelajaran yang selalu berubah. Menurut data dari artikel tersebut, meskipun hambatan eksternal (seperti infrastruktur) sudah diatasi, 40-50% guru di berbagai negara masih kesulitan dalam menggunakan teknologi secara optimal karena kurangnya pendekatan yang berbasis desain.

Hal ini didukung oleh penelitian sebelumnya yang menunjukkan bahwa guru yang memiliki pengetahuan TPACK (Technological Pedagogical Content Knowledge) lebih cenderung berhasil dalam memanfaatkan teknologi (Mishra & Koehler, 2006). Namun, Tsai dan Chai menegaskan bahwa penguasaan TPACK saja tidak cukup. Design thinking diperlukan untuk mengatasi hambatan yang muncul ketika konteks pembelajaran tidak ideal atau ketika teknologi yang tersedia tidak sepenuhnya sesuai dengan kurikulum yang ada. Misalnya, guru perlu mampu menyesuaikan materi ajar dan kegiatan pembelajaran dengan teknologi yang ada, serta dengan kebutuhan siswa yang berbeda-beda.

Selain itu, data dari Lim dan Pannen (2012) menunjukkan bahwa di Indonesia, meskipun ada investasi besar dalam teknologi pendidikan, banyak guru yang masih enggan menggunakannya karena keterbatasan dalam perencanaan dan desain pembelajaran. Ini mencerminkan betapa pentingnya mengembangkan keterampilan desain di kalangan pendidik agar mereka tidak hanya mengandalkan perangkat teknologi, tetapi juga mampu menciptakan solusi pembelajaran yang inovatif dan relevan.

Dengan mengintegrasikan design thinking ke dalam program pendidikan guru, kita dapat memastikan bahwa teknologi tidak hanya digunakan sebagai alat bantu, tetapi sebagai elemen yang mengubah cara guru mengajar dan siswa belajar. Penelitian menunjukkan bahwa guru yang dilengkapi dengan kemampuan design thinking mampu meningkatkan partisipasi siswa hingga 20% lebih tinggi dalam kegiatan berbasis teknologi (Chai et al., 2011). Ini membuktikan bahwa ketika guru diberi keterampilan yang tepat, mereka dapat memaksimalkan potensi teknologi dalam pembelajaran, yang pada akhirnya dapat meningkatkan hasil belajar siswa secara keseluruhan.

***

Dari hasil penelitian Tsai dan Chai (2012), menjadi jelas bahwa design thinking adalah keterampilan penting yang harus dikembangkan dalam pendidikan guru. Tanpa kemampuan untuk berpikir kreatif dan adaptif, guru akan kesulitan memanfaatkan teknologi secara optimal dalam pembelajaran. Data dari berbagai studi menunjukkan bahwa meskipun akses teknologi semakin luas, integrasi teknologi tidak akan berhasil tanpa perubahan dalam cara guru merancang dan menerapkan pengajaran di kelas. Oleh karena itu, program pendidikan guru harus mencakup pelatihan yang mendalam tentang design thinking untuk mempersiapkan guru menghadapi tantangan dinamis di dunia pendidikan saat ini.

Pada akhirnya, dengan mengembangkan design thinking, guru tidak hanya akan menjadi lebih kompeten dalam menggunakan teknologi, tetapi juga mampu menciptakan lingkungan belajar yang lebih interaktif, relevan, dan adaptif. Transformasi ini penting bagi masa depan pendidikan, di mana teknologi terus berkembang dan menjadi bagian integral dari proses belajar mengajar.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline