Lihat ke Halaman Asli

Staf E-KTP Bekerja Sambil Main, Warga Sulit Dapat Nomor Antrean

Diperbarui: 31 Agustus 2016   16:02

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Penetapan batas waktu untuk mempunyai E-KTP? Wajar dan sah-sah saja karena memang niatnya baik, supaya semua rakyat masyarakat di Indonesia menjadi disiplin, terutama disiplin administrasi.

Tetapi, lha mbok ya di lihat dulu ke daerah-daerah, bagaimana kesiapannya, bagaimana alat-alat dan SDM-nya, sudah mumpuni belum ? 

Kebetulan tadi pagi, bukan kebetulan, memang di rencana, kita berdua pergi ke kantor Direktorat Jenderal Kependudukan dan Pencatatan Sipil (Dukcapil). Seperti biasa, antrean terlihat mengular sampai ke luar kantor, belum orang-orang yang berjubel di dalam. Agak tidak yakin, karena kantor ini lebih miri pasar ketimbang kantor pemerintahan hehe.

Berkali-kali saya ke Dukcapil untuk mengurus sesuatu, tidak pernah kantor ini lengang. Palingan ya kalau pas makan siang, semua staf kantornya beristirahat dan para pengunjung di janjikan untuk di layani 1 jam kemudian. Bayangkan, menunggu 1 jam, gak ada yang shift di depan, semua hilang ke belakang kantor. Meninggalkan para pengunjung yang ngantuk, lapar dan gak tau apa lagi perasaan mereka.

Yang paling ramai counternya dan tidak masuk akal bagi saya adalah perekaman E-KTP. Ada yang sudah lebih dari sehari mengantre tetapi belum mendapat nomor antrean. Alasannya, petugas perekaman E-KTP nya terbatas. Saat saya melihat ke dalam, memang hanya ada 2 staff yang melayani perekaman. Itu pun di sambi nonton youtube dan berselancar di dunia maya. Enak sekali jadi pegawai negeri, batin saya. Pekerjaan minimal, bisa disambi dolanan alias nge-game, pelayanan begitu-begitu saja atau tidak maksimal.

Padahal beberapa pengunjung yang antri berasal dari kecamatan atau kabupaten lain. Tolong jangan samakan dengan di Jawa yang jarak antar kabupaten hanya berjarak sejam dua jam. Di luar Jawa ini butuh persiapan ekstra untuk "turun gunung" alias ke kota. Lha, kalau sampai di kota, berangkat dari rumah subuh, sampai di kota lalu di kantor Dukcapil tetap tidak mendapat nomor antrean untuk perekaman E-KTP, saya mengerti dan paham kalau mereka kemudian menyerah. Bisa dengan cara menggunakan jasa calo ataupun malah tidak membuat E-KTP sama sekali.

Salah siapa ? Salah Mukidi pastinya....Yang paling bikin senewen, tatapan mata tidak ramah staf kantor dan sepertinya males banget beranjak dari kursi nya. 

Oiya, kapasitas perekaman E-KTP di daerah saya hanya 20 orang per hari. Bagaimana di tempat anda?     

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline