Lihat ke Halaman Asli

Guru, Digugu lan Ditiru

Diperbarui: 3 Juli 2016   03:52

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

dokumen pribadi, 9 tahun yang lalu

Guru, "di gugu lan di tiru" dalam pepatah Jawa. Di gugu artinya di percaya, di tiru artinya bisa dan pantas untuk di tiru

Jadi GURU adalah orang yang bisa di percaya untuk mendidik anak-anak muridnya dan pantas untuk di tiru oleh anak muridnya.

Di tiru baik dalam hal kebaikan, tindakan, ucapan dan lain sebagainya.

Saya masih ingat betul saat kelas 3 atau 4 SD, guru-guru yang mengajar kami rata-rata sudah berumur. Hanya 3 orang guru yang terhitung masih muda.

Setiap hari Senin, pasti di periksa kuku tangan dan rambut [terutama siswa pria]. Jemari tangan yang di pukul penggaris sampai teman-teman meringis dan mengaduh seringkali malah membuat kami yang melihatnya tertawa. Jenggitan di rambut khususnya untuk siswa pria membuat mereka menangis, terutama yang panjang rambutnya melebihi standart. #Jenggit adalah tindakan menarik ke atas anak rambut yang berada di depan telinga. 

Saat itu saya merasa kok galak temen to guru-guru ini [galak benar]. Saya sendiri pun pernah kena pukul penggaris kayu yang panjangnya 1 meter itu.

Gara-gara saya salah menjawab pertanyaan dari guru. Dalam hati saat itu dongkol dan pingin nangis, sudah mending ada yang tunjuk jari mencoba menjawab pertanyaan walaupun jawaban saya salah. Setidaknya lha mbok ya di hargai kok malah di kepruk pakai penggaris.

Terus terang saya tidak menyukai dan tidak mengharapkan adanya hukuman fisik dari guru terhadap murid, baik ucapan ataupun tindakan karena dampak negatif nya bisa membunuh rasa percaya diri anak.

Mengapa? Anak merasa tidak di hargai dan merasa bodoh walaupun sebenarnya mereka tidak bodoh. Contoh nyatanya adalah saya.

Setelah saya mempunyai anak dan mulai cukup umur untuk bersekolah, saya ekstra hati-hati memilih sekolah yang menurut saya paling ramah untuk anak saya. Terus terang saya tidak mau anak saya di perlakukan seperti mak nya dulu saat masih SD.

Mulai dari play group sampai dengan kelas 5 SD, begitu mulai masuk kelas, pertama kali yang di lakukan oleh para wali kelas adalah menuliskan nomor handphone mereka di papan tulis dan meminta murid-murid untuk menyampaikan nomor HP tersebut ke orang tua masing-masing. Just in case kalau semisal ada orang tua yang mau konsultasi atau ada info atau pengumuman mendadak dari guru atau sekolah.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline