[caption id="" align="aligncenter" width="620" caption="Sumber: tempo.co"][/caption]
Sebentar lagi masyarakat akan memilih pemimpin baru untuk Indonesia selama 5 tahun mendatang. Oleh karena itu masyarakat harus mengenal betul sosok pemimpin yang akan mereka pilih pada Pemilu mendatang. Mulai dari jejak rekam karir sampai pada karakter atau kepribadian yang bersangkutan agar masyarakat tidak terjebak dalam istilah “membeli kucing dalam karung”.
Kali ini kita akan membahas Capres kontroversial partai Gerindra Prabowo Subianto. Mengenai jejak rekamnya di dunia militer pasti sudah banyak yang mengetahui terutama kalangan aktivis 98. Kita kesampingkan hal itu karena informasinya banyak dan dapat ditemui di buku – buku atau internet.
Kita bahas dan mengulang tulisan seorang rekan tentang kepribadian Prabowo yang emosional dan tempramen, agar pemilih mendapatkan gambaran tentang sosok Capres yang satu ini. Sikap tempreman yang dirasakan langsung oleh orang – orang di sekitarnya.
Berikut daftar “korban” amukan Prabowo:
1.Fadli Zon, Wakil Ketua Umum Gerindra ini pernah digebuk sampai babak belur dan Sekjennya Ahmad Muzani ditempeleng karena gagal melobi PPP
2.Seorang Polantas pernah diancam ajudannya dengan menggunakan AK 47 karena berani menghentikan mobil yang ditumpangi Prabowo, padahal mereka yang salah jalan
3.Ketua Timses Mega – Prabowo pernah mendapatkan “bonus” asbak melayang karena gagal memenangkan pasangan tersebut dalam Pilpres 2009.
4.Seorang Ketua DPP Gerindra mendapat hadiah bom Molotov yang menghanguskan mobil dan nyaris membakar rumahnya lantaran menilep uang bantuan sebesar Rp 83 M untuk memenangkan Jokowi – Ahok dalam Pilkada DKI 2012.
5.Kemudian yang terakhir Suko Sudarso yang merupakan tokoh pergerakan buruh dan Syahrial Nasution. Keduanya adalah mantan Timses SBY – JK pada Pilpres 2004. Untuk kedua orang yang terakhir ini, kita buat catatan khusus. Berikut ceritanya.
Pada tanggal 9 April 2013, Prabowo datang bertamu ke The Founding Fathers Hous (FHH), sebuah organisasi yang fokus mensosialisasikan semangat juang para Bapak Pendiri Bangsa ke masyarakat Indonesia.
Maksud kedatangan Prabowo tersebut dalam rangka meminta dukungan Suko Sudarso dalam Pencapresannya tahun ini. Disana, Prabowo juga bertemu dengan Syahrial Nasution yang merupakan wartawan sekaligus Ketua Media Center SBY – JK.
Prabowo sangat berkepentingan dua orang tersebut dan sangat berharap mereka bersedia membantunya memenangkan Pilpres. Pada dua orang itu, Prabowo memaparkan hasil survei timnya yang menyebut estimasi perolehan suara Gerindra minimal 30 persen. Seharusnya 40 persen tetapi 10 persennya dicuri oleh KPU.
Prabowo sangat yakin dan percaya diri partainya akan mampu mengalahkan Golkar dan PDIP, apalagi Demokrat yang saat ini sedang hancur lebur karena isu korupsi.
Mendengar pernyataan Prabowo yang bombastis dan tidak masuk akal itu, Suko dan Syahrial menilai Prabowo tidak realistis alias ngawur. Suko pun membantah Prabowo dan mengatakan mantan Danjen Kopassus itu over confidence.
Suko mengakui bahwa peluang Prabowo untuk maju Capres memang terbuka tetapi tidak naik drastis seperti yang diungkapkan Prabowo tadi. Sehebat – hebatnya Gerindra paling hanya mampu memperoleh maksimal 14 persen suara.
Angka 14 persen itupun dapat terjadi jika ada keajaiban. Suko dan Syahrial meminta Prabowo realistis dan sadar bahwa selama ini Gerindra tidak memiliki kontribusi apa – apa untuk Indonesia. Bahkan membantu masalah masyarakat saja tidak pernah. Prabowo juga tidak pernah terjun membantu rakyat, Prabowo hanya terlihat di iklan – iklan TV dan Koran. Bagaimana rakyat mau pilih Gerindra?
Prediksi wajar, Gerindra hanya akan mendapat sekitar 5 – 6 persen saja. Itupun jika Prabowo mau habis – habisan mengeluarkan uang dan tenaga.
Mendengar bantahan Suko dan Syahrial tersebut, Prabowo marah, tidak terima, dan kembali mengatakan bahwa yang tidak realistis itu mereka bukan dirinya.
Prabowo mengatakan bahwa dirinya sangat yakin dengan perhitungan timsesnya karena mereka sudah turun sampai RT/RW. Namun kedua orang bertanya, apakah benar tim Prabowo sudah sampai ke RT/RW? Apakah itu bukan sekedar data ABS (Asal Bos Senang)? Apa buktinya?
Prabowo semakin naik pitam, makin marah, diskusi jadi a lot dan panas. Prabowo tetap ngotot bahwa dirinya lah yang paling benar. Suko dan Syahrial mencoba meyakinkan Prabowo bahwa perhitungan mereka berdasarkan pengalaman sebagai mantan timsesnya SBY – JK. Tetapi meskipun telah diyakinkan dengan fakta – fakta dan bukti – bukti pendukung, Prabowo tetap ngeyel, tidak mau dikoreksi, tidak mau terima masukan. Prabowo marah besar.
Dengan nada tinggi akibat emosi dan marah itu, Prabowo mengatakan bahwa timsesnya adalah timses terbaik dari yang ada sehingga tidak mungkin salah. Luar biasa! Prabowo terbakar emosi, naik pitam, akhirnya diskusi dihentikan.
Inilah sifat tempremen Prabowo dan merasa paling hebat. Sikapnya yang tidak mau mendengarkan masukan dan pendapat orang lain, menganggap dirinya yang paling benar di dunia. Caranya meminta bantuan kepada orang lain saja begini? Bagaimana jika orang lain yang meminta bantuan kepadanya? Tak usah dibayangkan karena akan sangat mengerikan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H