Purwokerto, impian petani pun buruh tani budidaya palawija adalah hasil perjuangan panjang sedari mengolah lahan, menanam, merawat, hingga tumbuh subur dan berbuah lebat, lalu produksinya di hargai wajar di tingkat petani, bangun pagi pun pasti tersenyum.
Demikian pula dengan impian SS seorang buruh tani palawija sedang budidaya cabe di desa Karangtengah Baturaden dan kiprahnya selalu saya ikuti sudah dua minggu merundung produknya dihargai sangat murah di bawah biaya produksinya “Bila di rawat lebih lanjut akan benjut! Hiks” ujar SS dengan wajah muram.
Bagaimana tidak saya pun ikut merasakannya, semenjak akhir bulan Maret 2017 harga jual di tingkat petani untuk cabe merah besar dan kriting anjlok untuk pelanggan dikisaran harga Rp.11.000 – Rp. 13.000/Kg, cabe rawit merah Rp. 25.000-35.000/Kg, pun demikian bila jual langsung ke bakul di pasar Wage Purwokerto. Sila bandingkan dengan harga jual di tulisan disini, sedang biaya produksi tanaman cabe yang dikelola SS hingga berumur 5 bulan (Desember 2016 – April 2017) rerata dua belas ribu rupiah per pohon!
“Bila terjadi harga jualnya di tingkat petani dibawah biaya produksi dapat dipastikan tanamanya akan ditelantarkan, dampaknya harga akan mahal kembali. Hal tersebut terjadi di setiap tahunnya. Namun untuk tahun ini saya sedih, pak Mentan malah memanfaatkanya buat proyek gerakan tanam (gertam) cabe dengan cara bagi-bagi jutaan bibit atau benih buat kelompok ibu-ibu PKK, lantas bangga harga cabe turun dratis karenanya, bagaimana kini nasib ribuan petani dan buruh tani cabe, hiks” gerutu SS sembari membaca berita2 terkait harga cabe mahal dan seremoni pembagian bibit dan benih cabe rawit di berbagai media online.
“Ternyata yang paling diuntungkan pak Mentan dan yang dapat proyek pengadaan benih dan bibitnya. Petani buntung, para buruhnya merundung, nasib? Hiks” ungkap SS dengan nada dongkol.
Lebih lanjut SS mengungkapkan keinginannya “Baiknya pemerintah mematok harga Rp.20.000/Kg di tingkat petani dan segera bentuk satgas gerak cepat pengendali harga cabe bila terjadi harga dibawah patokannya dengan cara kerahkan saja petugas penyuluh lapangan (PPL) dan pak tentara Koramil melakukan pembelian langsung ke petani dan Bulog beli alat penyimpan cabe yang canggih dengan daya simpan 6 bulan tetap segar atau alat pengering yang canggih.” Pungkasnya, Senin, 9 April 2017 (SS)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H