Morfologi adalah cabang linguistik yang mengidentifikasi satuan-satuan dasar bahasa sebagai satuan gramatikal. Morfologi mempelajari seluk-beluk bentuk kata serta pengaruh perubahan-perubahan bentuk kata terhadap golongan dan arti kata. Atau dengan kata lain dapat dikatakan bahwa morfologi mempelajari seluk-beluk bentuk kata serta fungsi perubahan-perubahan bentuk kata itu, baik fungsi gramatik maupun fungsi semantik.
Proses morfologis dalam suatu bahasa pada dasarnya terdiri atas :
1. Afikisasi (affixation)
Proses penambahan afiks (imbuhan). Penambhan diawal disebut prefiksasi (contoh : belajar, pengurus, dibeli), ditengah disebut infiksasi (contoh : gemetar, telunjuk, semugih), dan diakhir dinamakan sufiksasi (contoh : tulisan, wartawan ). Penambahan di awal dan akhir secara bersamaan disebut konfiksasi ( contoh : melakukan, kelurahan).
2. Reduplikasi (reduplication)
Proses pengulangan bentuk. Reduplikasi banyak ditemui pada bahasa-bahasa di Asia Tenggara. Khusus dalam bahasa Jawa reduplikasi memiliki sejumlah pola. Sebagai berikut :
a. Dwilingga (pengulangan morfem asal), contoh : rumah-rumah.
b. Dwilingga salin swara (pengulangan morfem asal dengan perubahan fonem), contoh : bpla-bali, wira-wiri.
c. Dwipurwa ( pengulangan pada silabe pertama), contoh : lelaki.
d. Dwiwasana (pengulangan pada bagian akhir), contoh : cengenges.
e. Trilingga ( pengulangan morfem asal tiga kali), conoth : dag-dig-dug.
3. Komponisasi (kompositum)
Proses pembentukan morfem asal dengan morfem asal (bisa dengan imbuhan atau tidak). Proses itu menghasilkan jenis kata baru dan bermakna baru, yaitu kata majemuk( compound word/composite word). Contoh : matahari, saputangan. Salah satu ciri khas kata majemuk adalah tidak dapat disisipi oleh satuan lain ditengahnya. Misalnya mata dan hari ( bukan kata majemuk).
Penulis: Indri nur Saputri
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H