Lihat ke Halaman Asli

Indri Mairani

NIM: 43223010163 | Program Studi: S1 Akuntansi | Fakultas: Ekonomi dan Bisnis | Universitas: Mercu Buana | Dosen: Prof.Dr.Apollo,M.Si.,AK.

TB 2 - Kebatinan Mangkunegaran IV Pada Upaya Pencegahan Korupsi dan Transformasi Memimpin Diri Sendiri

Diperbarui: 21 November 2024   20:03

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gambar 1 Dokpri TB 2 Anti Korupsi dan Etik UMB

Sekilas Tentang Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Arya Mangkunegara IV

Gambar 2 Dokpri TB 2 Anti Korupsi dan Etik UMB 

Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Arya (KGPAA) Mangkunegara IV lahir di Surakarta pada tanggal 1 Sapar Jumakir tahun 1736 Jawa, atau bertepatan dengan tahun 1809 Masehi. Ia memiliki nama kecil Raden Mas Sudira. Mangkunegara IV adalah cicit dari Mangkunegara I, yang lebih dikenal sebagai Raden Mas Sahid atau Pangeran Sambernyawa. Sebagai cucu dari Mangkunegara II, hubungan keluarga ini sangat erat.

Sejak usia muda, Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Arya (KGPAA) Mangkunegara IV telah menunjukkan bakat dan kemampuan luar biasa. Karena keunggulannya itu, ia diangkat menjadi prajurit Legiun Mangkunegaran. Pengangkatan tersebut bukan tanpa alasan, melainkan didasarkan pada jasa-jasanya yang signifikan. Atas kontribusinya, Mangkunegara IV menerima berbagai tanda kehormatan dan bintang jasa. Karier militernya pun terus menanjak dengan mulus, tanpa hambatan berarti.

Selain dikenal sebagai pemimpin militer, Mangkunegara IV juga seorang penyair yang sangat produktif. Ia menciptakan beragam karya yang mencakup berbagai bidang. Karya-karyanya tidak hanya membahas kehidupan sehari-hari, tetapi juga meliputi piwulang, yakni tulisan yang memuat ajaran moral, spiritual, dan pendidikan. Ajaran-ajaran tersebut dirancang untuk berbagai golongan, menawarkan wawasan mendalam tentang kejiwaan dan kerohanian. Warisan intelektual ini menunjukkan peran beliau sebagai seorang budayawan dan pemimpin yang menginspirasi.

Meneliti Lebih Dalam Serat Wedhatama

Gambar 3 Dokpri TB 2 Anti Korupsi dan Etik UMB 

Serat Wedhatama adalah salah satu karya monumental yang digubah oleh KGPAA Mangkunegara IV. Naskah ini ditemukan dalam kumpulan Serat-serat Anggitan Dalem Mangkunegara IV, jilid III, dan diterbitkan oleh Noorholp Kholep di Jakarta pada tahun 1953. Di antara karya-karya lainnya, Serat Wedhatama menonjol sebagai salah satu yang paling terkenal dan berpengaruh sampai saat ini.

Judul Wedhatama sendiri memiliki makna yang mendalam. Kata "wedha" berasal dari bahasa Sanskerta yang berarti ngelmu (menuntut ilmu), paugeran (aturan), atau tuntunan (pedoman), seperti yang dijelaskan oleh Gericke dan Roorda (1910: 30). Sementara itu, "tama" bermakna utama atau yang paling penting. Dengan demikian, Wedhatama dapat diartikan sebagai ajaran utama atau tuntunan yang paling mulia. Karya ini berisi ajaran-ajaran yang mendalam tentang kehidupan, keutamaan moral, dan spiritual, menjadikannya panduan yang relevan bagi berbagai kalangan hingga saat ini.

Selain itu, Serat Wedhatama merupakan karya sastra yang memukau dengan keindahan bahasanya, menampilkan tingkat estetik yang tinggi. Dibandingkan dengan karya-karya lain dari KGPAA Mangkunegara IV dan dianggap paling unggul, sehingga menarik perhatian para ahli sastra dan pengamat kebudayaan untuk mempelajarinya lebih dalam.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline