Lihat ke Halaman Asli

Indri Luxtagara

Student at dr. Soebandi University

Anemia Pada Remaja Putri

Diperbarui: 25 Desember 2024   20:23

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

ANEMIA PADA REMAJA PUTRI

Abstrak

World Health Organization (WHO) dalam world health statistics tahun 2021 menunjukan bahwa prevalensi anemia pada wanita usia reproduktif (15-49) di dunia tahun 2019 berkisar sebanyak 29.9 %. Hasil laporan Riset Kesehatan Dasar tahun 2018 oleh Balitbangkes di Indonesia prevalensi anemia pada remaja putri berkisar sebesar 27.2 % pada kelompok usia 15-24 tahun. Penyebab anemia umumnya karena kurangnya pengetahuan tentang anemia, kekurangan zat besi, asam folat, vitamin B12 dan Vitamin A. Pada usia remaja, gizi merupakan salah satu masalah yang masih terjadi. Tingkat kejadian di Indonesia sebesar 7,5 juta dan memasuki angka 8 dari 11 negara di Asia. Kejadian ini lebih sering terjadi pada remaja putri karena mempunya siklus menstruasi. Status anemia pada remaja diduga dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu pengetahuan gizi serta kepatuhan konsumsi tablet tambah darah. Anemia merupakan masalah kesehatan utama masyarakat dunia khususnya di negara berkembang, sekitar 50-80 % anemia disebabkan kekurangan zat besi. Tujuan penelitian ini adalah ingin mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya remaja putri.

Kata Kunci: Anemia, Remaja, Hemoglobin.

PENDAHULUAN

World Health Organization (WHO) dalam world health statistics tahun 2021 menunjukan bahwa prevalensi anemia pada wanita usia reproduktif (15-49) di dunia tahun 2019 berkisar sebanyak 29.9 % dan prevalensi anemia pada Wanita tidak hamil usia 15-49 tahun sebesar 29.6% yang mana kategori usia remaja termasuk didalamnya. Berdasarkan hasil laporan Riset Kesehatan Dasar tahun 2018 oleh Balitbangkes di Indonesia prevalensi anemia pada remaja putri berkisar sebesar 27.2 % pada kelompok usia 15-24 tahun sedangkan pada remaja putra angka anemia lebih rendah yaitu sebesar 20.3 % sehingga hal ini menyebabkan anemia merupakan masalah kesehatan utama pada remaja khususnya remaja putri. Hal tersebut dipengaruhi oleh kebiasaan asupan gizi yang tidak optimal dan kurangnya aktifitas fisik (Aulya et al., 2022).

Anemia ialah suatu keadaan dimana kadar Hemoglobin (Hb) dalam darah lebih rendah dari kadar normal untuk kelompok orang beradasarkan usia dan jenis kelamin, pada Wanita remaja kadar Hb normal ialah 12-15 gr/dl dan pada remaja pria sebesar 13-17 gr/dl (Adriani, 2017). Menurut World Health Organization (WHO) tahun 2017 anemia merupakan kondisi tubuh dimana jumlah sel darah merah dan kapasitas pengangkatan oksigennya tidak mencukupi untuk memenuhi kebutuhan fisiologis tubuh, ini adalah kondisi ketika jumlah sel darah merah normal (<4,2 juta/l) atau kadar Hb <12g/l pada Wanita dan <13 pada pria. Kebutuhan fisiologis tubuh seseorang bervariasi tergantung pada usia, jenis kelamin, tempat tinggal,perilaku merokok dan tahap kehamilan. Penyebab anemia umumnya karena kurangnya pengetahuan tentang anemia, kekurangan zat besi, asam folat, vitamin B12 dan Vitamin A. Beberapa penyebab lain yang tidak umum terjadi ialah peradangan akut dan kronis, infeksi parasite, kelainan bawaan yang mempemgaruhi sintesis hemoglobin, kekurangan produksi sel darah merah (Siska, 2017) (Aulya et al., 2022).

Masalah anemia pada remaja putri telah menarik perhatian pemerintah untuk segera ditanggulangi. Salah satu upaya penanggulangan anemia pada remaja putri yaitu dengan puskesmas memberikan tablet tambah darah (TTD) yang terdiri dari 4 tablet yang dikonsumsi selama 1 bulan, 1 tablet dikonsumsi setiap minggunya. Masalah terkait kepatuhan menjadi kendala utama dalam penambahan zat besi harian, salah satu pengalihan untuk mengatasi kepatuhan dengan mengonsumsi seminggu sekali. Hal ini dilakukan agar remaja patuh dan tidak malas untuk mengonsumsi dan upaya pemberian penyuluhan terkait tablet tambah darah serta kejadian anemia (Putri et al., 2017). Apabila remaja patuh untuk mengonsumsi maka, kejadian anemia dapat dicegah. Pembahasan ini dilakukan untuk melihat,mengidentifikasi dan menganalisis apakah ada hubungan antara kepatuhan konsumsi tablet tambah darah terhadap kejadian anemia pada remaja putri (Suaib et al., 2024).

PEMBAHASAN

Remaja putri merupakan salah satu kelompok yang rawan menderita anemia, karena pada masa itu mereka juga mengalami menstruasi dan lebih-lebih mereka berpengetahuan kurang terhadap anemia. Pada saat remaja putri mengalami menstruasi yang pertama kali, membutuhkan lebih banyak zat besi untuk menggantikan kehilangan darah akibat menstruasi tersebut. Nilai ambang batas untuk anemia menurut WHO (2015) adalah untuk umur 5-11 th < 11,5 g/dl, 11-14 tahun 12,0 g/dl, remaja diatas 15 tahun untuk anak perempuan < 12 g/dl dan anak laki-laki < 13 g/dl. (Dardjito dan Anandari, 2016) (Indrawatiningsih et al., 2021).

Faktor yang dapat mempengaruhi kurangnya pengetahuan remaja putri tentang tablet Fe antara lain kurangnya informasi yang didapat oleh responden baik dari tenaga kesehatan, media masa, media elektronika maupun dari pihak keluarga, serta kemampuan dari remaja putri untuk memahami informasi yang diberikan. Selain hal tersebut pengetahuan kurang pada remaja putri dikarenakan kurangnya pemberian informasi dari pihak puskesmas setempat yang bekerja sama dengan perangkat desa. (Masthalina, 2015) (Indrawatiningsih et al., 2021).

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline