Lihat ke Halaman Asli

Dinamika Islam di Asia Tenggara (Thailand)

Diperbarui: 29 Juni 2021   07:15

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Thailand merupakan sebuah negara di Asia Tenggara yang berbatasan dengan Laos dan Kamboja di timur, Malaysia dan Teluk Siam di selatan, dan Myanmar dan Laut Andaman di barat. Kerajaan Thai dahulu dikenal sebagai Siam sampai tanggal 11 Mei 1949. Kata "Thai" berarti "kebebasan" dalam bahasa Thai, tetapi juga dapat merujuk kepada suku Thai, sehingga menyebabkan nama Siam masih digunakan di kalangan warga negara Thai terutama kaum minoritas Tionghoa dan Amerika. Islam di Thailand mempunyai sejarah tersendiri yang bisa dibilang tragis dan berliku. Mulai dari abad ke-12 dimana agama islam menapakkan kakinya di kerajaan Pattani dan kemudian menjadi mayoritas di wilayah tersebut. Proses masuknya Islam di Thailand dimulai sejak kerajaan Siam mengakui sisi kerajaan Pattani Raya (atau lebih dikenal oleh penduduk muslim Thailand sebagai Pattani Darussalam).

Muslim di Thailand adalah kelompok minoritas. Di negara ini. Muslim hanya berjumlah 3,930.0008 orang (5,7%) dari seluruh jumlah penduduk. 1 . Sementara mayoritas penduduknya menganut agama Buddha, yaitu sekitar 80%. Mayoritas Muslim (sekitar 1,5 juta jiwa atau 80 persen dari total penduduk) tinggal di Selatan Thailand, khususnya di Patani, Yala dan Narathiwat. Sejak jaman Sri Vijaya yang menguasai wilayah Asia Tenggara, termasuk Thailand Selatan tradisi muslim diwilayah ini sangat kental. Thailand Selatan yang mempunyai jumlah penduduk keseluruhan 6.326.732 (Kantor Statistik Nasional, Thailand, 2002). 

Problematika bermula pada tahun sejak 1906 perjanjian Inggris-Siam secara resmi mengambil alih negara-negara di Melayu Utara: Pattani, Narathiwat, Songkhla, Satun dan Yala, yang kemudian menjadi provinsi di Thailand. Sementara negara di Melayu utara yang lain: Kedah, Kelantan, Perlis dan Terengganu oleh Inggris dimasukkan sebagai bagian dari Malaysia. Sejak penyatuan kelima negara di wilayah Melayu Utara ke dalam bagian dari Thailand, terjadi benturan budaya antara Muslim Melayu dan Buddis Thailand.Pada awal pemerintahan Thailand kebijakan nasionalisme budaya Thailand menjadi kebijakan utama. Thaisasi – upaya penggunaan budaya dan bahasa Thai- secara kuat di seluruh Thailand, termasuk wilayah Selatan, membuat benturan budaya yang keras, yang menimbulkan resistensi sangat kuat bagi Muslim Melayu di Thailand Selatan. Dua peristiwa yang mengenaskan pada tahun 2004 sangat menarik perhatian semua pihak baik di Thailand maupun di luar Thailand.

Permasalahan muslim Thailand sama halnya bangsa moro yang ada di Filipina problem yang dihadapi kaum Muslim Thailand dan Filipina adalah problem kelompok minoritas yang harus hidup berdampingan secara damai dengan non-Muslim dalam negara yang sama. Mereka berada dalam dilema bagaimana melakukan rekonsiliasi antara keyakinan Islam fundamental mereka dengan perlunya menjadi warga negara yang baik ( full citizenship) di negara-negara yang didominasi oleh non-Muslim. Permasalahan yang mendasar antara kedua kelompok minoritas muslim dikedua negara ini adalah persoalan integrasi dan asimilasi serta bagaimana melestarika nilai-nilai budaya dan agama. 

Karena pada saat itu kebijakan pemerintah melakukan asimilasi dan intgrasi yang nanti nya akan membahayakan dan menghilangkan identitas mereka sebagai Melayu dan Muslim. secara kultural, baik dari segi agama, bahasa dan budaya, minoritas Muslim di Thailand maupun di Filipina sangat berbeda. Dilihat dari segi politik, merupakan bagian dari bangsa Muangthai,secara geografis terletak berbatasan dengan negara Malaysia, yang pendudukunya juga mayoritas bangsa Melayu, berbahasa dan berbudaya Melayu. Andaikan mereka dapat memilih, mereka nampaknya akan lebih memilih menyatu dengan negara Malaysia. Karena itu, kebijakan integrasi dan asimilasi pemerintah mendapat respon yang keras dari minoritas Muslim di kedua negara itu dan telah melahirkan konflik bersenjata antara kelompok minoritas dan pemerintah. 

Dari paparan diatas dinamika yang ada di Thailand sungguh memprihatinkan karena menimbulkan suatu permasalahan yang dapat merusak integritas negara dan bila dinamika tersebut tidak segera diatasi akan berakibat perpecahan secara besar-besaran yang akan menimbulkan pertumpahan darah

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline