Lihat ke Halaman Asli

Menanamkan Solidaritas Siswa Baru di Sekolah

Diperbarui: 20 Juli 2016   17:44

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Surabaya (20/7) –  Mengantarkan anak  berangkat sekolah, apalagi di hari pertama sekolah dia menjalani aktifitas di tempat  pendidikan  baru nya, bagi saya adalah aktifitas yang menyenangkan. Meski, mengantarkan anak sekolah adalah kegiatan rutin, sejak anak saya masih duduk di bangku SD. Namun, ketika dia masuk sekolah ke jenjang yang lebih tinggi SMP, saya punya motivasi lain, yakni ingin tahu lebih jauh bagaimana semangat dia mengikuti  Masa Pengenalan Lingkungan (PSL) sekolah, berinteraksi dengan teman barunya dan memulai beradaptasi dengan lingkungan sekolah. Walaupun, hanya sepintas, tapi hal itu penting bagi saya. Apabila, dari pantauan sekilas soal interaksi anak di sekolah  saat mengantarkannya masih terbatas. Saya berupaya menggalinya, dengan bertanya tentang masa-masa pengenalan di sekolah sepulang kerja.

Oh ya, pada Tahun ajaran baru ini diterima di SMPN 16 Surabaya. Sekolah yang terletak di Jalan Mastrip Bogangin 1, Kedurus, Karang Pilang  itu memang cukup dikenal. Bukan saja, usia berdirinya yang cukup lama. Namun sederet prestasi juga pernah diraihnya, termasuk mendapatkan penghargaan dari Walikota Surabaya Tri rismaharini sebagai Sekolah Adiwiyata tahun 2014. Saat hari pertama masuk sekolah, Senin (18/7), seluruh orang tua siswa juga diundang oleh pihak sekolah untuk mendapatkan informasi seputar sekolah, kegiatan siswanya dan program-programnya. Barangkali tak jauh beda dengan sekolah lainnya. Namun, di sela paparan kepala Sekolah SMPN 16, Laili Fadila mengabarkan berita duka, bahwa salah satu siswa kelas VII yang bernama Hata, telah  meninggal dunia, akibat penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD). Berita tersebut tentu menyulut duka, dan sedih sekitar 417  orang tua siswa yang hadir.

“Murid baru kami yang berkurang satu orang, karena waktu pendaftaran kemarin meninggal dunia, karena menderita penyakit Demam Berdarah,” terangnya dengan raut muka sedih.

Meski dengan nada suara yang agak gemetar, menahan rasa sedih, Ibu Laily Fadila tetap melanjutkan sambutannya di aula sekolah. Ia menyatakan, jika takdir  memang tak bisa dihindari. Wanita berjilbab itu bercerita, bagaimana dirinya bersama guru-guru lainnya telah berupaya, saat siswa barunya itu sakit dan dirawat di UKS (Unit Kesehatan Sekolah) ketika pendaftaran siswa baru bersama orang tuanya. Lalily mengaku, perawatan di UKS tak lama, dan langsung dibawa ke RSUD Dr. Soetomo Surabaya guna mendapatkan pertolongan.

“Tapi ketika sampai di rumah sakit, dokter rumah sakit mengatakan terlambat membawanya,” ungkap Laily.

Kepala Sekolah SMPN di kawasan surabaya Barat itu menambahkan, beberapa jam setelah di rumah sakit, Hata menghembuskan nafas terakhirnya. Untuk itu, menurutnya saat ini jumlah siswa baru yang sebelumnya 418 menjadi 417 anak. Lalily benar-benar prihatin dengan kondisi tersebut. Namun, yang membuat para orang tua salut dengan sikapnya adalah, ketika ia menyampaikan permohonan kepada para orang tua, bila berkenan dengan keikhlasan untuk membantu meringankan beban keluarga, dengan memberikan sumbangan atau bantuan berapapun besarnya, dan tak ada paksaan. Sumbangan tersebut disampaikan melalui siswa baru, setelah terkumpul, akan ada perwakilan siswa dari kelas I, II dan III untuk menyampaikan bantuan tersebut ke orang tua Hata.

Kebijakan kepala sekolah tersebut bukan saja menanamkan rasa solidaritas pada siswa SMPN 16, namun juga rasa empati dan persaudaraan. Ibaratnya, susah senang merasakan bersama-sama. Rasa persaudaraan, persahabatan dan pertemanan ini penting guna mengantisipasi perselisihan, apalagi problem besar siswa perkotaan, yakni tawuran antar pelajar. Tentu, pelajaran menanamkan rasa solidaritas tidak semata melalui donasi, pihak sekolah juga telah mengajari para siswa, bagaimana bekerja bersama dalam kegiatan kerja bhakti dan bersih-bersih kelas dan lingkungan sekolah. Setiap anak diinstruksikan membawa peralatan kebersihan dan tanaman yang nantinya ditanam di sekitar kelas masing-masing.

Kebersamaan tidak saja dijalin antar siswa. Pihak sekolah juga membuka ruang komunikasi  seluas luasnya dengan para siswa dan orang tua. Dalam paparannya dihadapamn para orang tua siswa , kepala Sekolah berjanji  siap memfasilitasi dan menyelesaikan, segala persoalan yang dihadapi para siswa mengenai pelajaran, ekstrakulikuler maupun kesulitan lainnya agar para siswa bisa belajar dengan baik dan nyaman. Melalui nomor telpon yang diberikan, laili Farida siap dihubungi kapanpun.

Dalam masa orientasi siswa baru yang berlangsung selama 3 hari, 18 – 20 juli, pihak sekolah mendatangkan beberapa narasumber dari instansi terkait, mulai dari Dinas kesehatan Kota Surabaya yang memaparkan tentang masalah kesehatan siswa, Badan Narkotika Nasional, untuk mencegah peredaran obat-obatan terlarang di lingkungan sekolah, Kodim 0832 Surabaya, guna memotivasi dan membangun rasa nasionalisme para siswa. Serta, LSM lingkungan, yang memberikan pengetahuan siswa agar mereka cinta lingkungan. (Indriatno)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline