Lihat ke Halaman Asli

Indriati See

Wiraswasta

Anak Jerman Belajar Mencintai Fakir Miskin dari Tradisi St. Martin

Diperbarui: 24 Juni 2015   05:17

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption id="" align="aligncenter" width="376" caption="Lentera dengan motiv Bintang dan Angsa (Simbol legenda St.Martin)"][/caption]

Setiap tanggal 11 November, secara serentak masyarakat Jerman, Austria, Swiss dan Tirol selatan merayakan hari Santo Martin (St. Martin) dari Tours (Perancis). Karena sudah menjadi tradisi maka perayaan ini tidak saja dirayakan oleh umat Katholik melainkan juga oleh semua warga.

Tradisi merayakan hari tersebut biasanya diiringi dengan pawai disebut Sank Martinszug (pawai Santo Martin) dan tentunya ada makanan spesial yang dipersiapkan oleh masing-masing keluarga yang bernama Martinsgans (Gans = Angsa).

Untuk mengetahui secara lengkap proses berjalannya upacara pawai, para pembaca silahkan melihat artikel saya sebelumnya disini.

Para peserta pawai terutama anak-anak berjalan beriringan membawa lentera yang dibuat sendiri di rumah atau di sekolah. Jika tidak sempat membuat lentera, mereka bisa beli yang sudah jadi, lengkap dengan lampu kecil bertenaga batere. Sambil berjalan mereka menyanyikan lagu yang berjudul “„Ich gehe mit meiner Laterne..“ artinya „Saya pergi bersama lentera“.

Lalu, siapakah Santo Martin itu ?, apa artinya bagi anak-anak, berjalan dengan membawa lentera ? dan apa arti dari perayaan tersebut ?

Untuk menjawab ketiga pertanyaan di atas mari kita simak cerita tentang Santo Martin di bawah ini:

[caption id="" align="aligncenter" width="524" caption="St. Martin yang diperankan oleh seseorang berseragam serdadu Romawi menunggang kuda"]

[/caption]

Martin dari Tours (Perancis) dilahirkan di Hongaria pada tahun 316. Di usia yang belum memasuki 18 tahun, impiannya untuk menjadi tentara Romawi terkabulkan dengan melamar menjadi tentara pada kekaisaran Romawi. Martin terkenal sangat pemberani dan mempunyai banyak kawan. Yang sangat membuatnya bangga adalah: apabila dia bisa menunggangi kudanya berkeliling kota, bahkan di musim dingin Martin senang berkeliling sambil menunggang kudanya.

Di suatu malam di musim dingin, tidak seperti biasanya salju turun sangat tebal menutupi jalan-jalan. Walaupun dengan cuaca demikian, Martin mengeluarkan kudanya dari kandang dan menungganginya. Tak terlihat satu orangpun di jalan-jalan yang dilaluinya, juga tak seekor anjingpun yang kelihatan berkeliaran di jalan. Malam itu udara sangat dingin sekali. Semua orang berdiam di rumah dan berkumpul di depan perapian, begitu juga hewan-hewan di kandang, saling berdekatan untuk menghangatkan badan mereka.

Martin mengendarai kudanya dengan lebih cepat agar tubuhnya dan si kuda cepat hangat. Akan tetapi tiba-tiba Martin melihat sesuatu tergeletak di pinggiran jalan. Dengan segera Martin menarik tali kekang kudanya untuk berhenti dan mendekati dengan sangat berhati-hati benda yang dicurigainya itu.

Ketika Martin mendekat, terdengar seseorang mengerang karena kedinginan, ternyata suara itu berasal dari seorang pengemis yang berpakaian compang-camping. “Saya menggigil kedinginan” keluhnya.

Tanpa ragu-ragu, Martin mengambil pedangnya dan memotong mantelnya menjadi dua bagian. Setengah dari mantel yang terpotong itu diberikan kepada si pengemis untuk menghangatkan badannya, “ku hadiahkan setengah mantel ini untukmu” kata Martin.

“Terima kasih” kata si pengemis sambil membalut tubuhnya dengan potongan mantel yang baru diterimanya. Martin pun meninggalkan pengemis tersebut tuk melanjutkan perjalanannya pulang ke rumah.

[caption id="" align="aligncenter" width="489" caption="Martinszug in Kempen"]

Martinszug in Kempen

[/caption]

Malam harinya Martin bermimpi tentang Jesus yang membuatnya berubah pikiran. Martin meninggalkan kekaisaran dan tidak ingin lagi menjadi tentara Romawi. Keinginannya adalah menolong orang-orang miskin dan menjadi misionaris.

Kisah tentang kebaikan Santo Martin menyebar keseluruh penjuru negeri, begitu juga dengan cerita tentang pengemis yang pernah ditolongnya, banyak diceritakan oleh masyarakat sampai pada suatu saat, mereka menginginkan Martin menjadi Uskup kota Tours tetapi Martin tidak mau menjadi Uskup karena dia berpikir tidak pantas untuk jabatan tersebut.

Untuk menghindari kejaran masyarakat, Martin bersembunyi di kandang angsa dan berpikir bila dia bersembunyi di kandang angsa, pasti masyarakat tidak akan menemukannya.

Tanpa diduga, dengan kehadiran Martin di kandang angsa tersebut, angsa-angsa menjadi terkejut dan membuat keributan yang luar biasa sehingga mengundang perhatian masyarakat untuk melihat apa yang terjadi. Konon menu makanan angsa untuk Hari St. Martin itu berasal dari legenda tersebut.

Dan iring-iringan dengan membawa lentera, berasal dari kejaran masyarakat yang mencari Martin dengan membawa lentera.

Akhirnya mereka menemukan Martin dan memintanya untuk menjadi Uskup. Martin diangkat menjadi Uskup Tours pada tahun 371 dan menjalankan tugasnya dengan baik.

Pada tahun 398, Uskup Martin dari Tours wafat.

Dari perayaan St. Martin di atas, ada pesan moral yang bisa diambil dari kehidupan St. Martin dan selalu diceritakan kepada anak-anak dimulai dari usia TK yaitu menanamkan rasa sosial, rasa belas kasihan kepada saudara yang kekurangan dan tentunya juga menanamkan rasa cinta kasih terhadap sesama.

Pertama kali saya menemani anak-anak mengikuti pawai St. Martin, saya sangat terharu, bagaimana mungkin Jerman yang sangat maju masih memegang teguh tradisi dan melaksanakannya dengan penuh kehormatan setiap tahun.

Tulisan terkait: Asal-Usul Tradisi Perayaan St. Martin dan Menu Angsanya (Martinszug dan Martinsgans)

Sumber Gambar: 1,2,3




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline