Satu donat kacang, kunikmati dengan seduhan satu saset kopi. Donat ke-dua? Bikinkan satu saset kopi juga!
.
Menulis instan pada saat listrik mendadak padam itu satu hal. Membayangkan suasana liburan di vila dengan semilir angin pegunungan, sejuk dengan tanah dan jalanan basah tanpa becek seusai gerimis, itu hal lain.
.
Memang, bagiku apapun yang tersedia untuk sarapan itu menjadi penyemangat tersendiri. Ibaratnya hadiah yang diberikan kepadaku sebelum memulai perlombaan.
Ah, ini perlombaan antara diri optimis, dengan diri pengeluh. Antara diri pelaksana dengan diri penunda. Diri yang bersyukur, dengan diri yang terbeban dengan banyak hal yang terasa perlu dikeluhkan.
.
Dua keping donat murah tapi rasanya mewah ini, nyaris terlupakan karena kusimpan dalam bagian pendingin es di kulkas. Kopi saset pilihan berukuran super mini, mengingatkanku untuk mengendalikan porsi konsumsi minuman bergula.
.
Baiklah, banyak keberuntungan yang kuterima dari-Nya. Persisnya itu adalah berkat-Nya. Uang? Itu lain perkara. Aku sedang 'bokek', namun merasa berkelimpahan dengan berkat lainnya.
.
Sripits, menyeruput setengah cangkir kecil kopi saset dengan saksama agar seirama dengan gigitan demi gigitan donat kacang coklat yang kubeli dari mini market terdekat.
.
Salam sehat, dan sejahtera buat Teman-teman, pun diriku sendiri.
Sepenggal cerita menjadi jurnal pagiku. Menulis itu baik untuk menjaga kesehatan otak.
.
Selesai mengetikkan isi di benak ini, Sang Bayu berubah semakin beringas, suara dari pohon-pohon kemerosak dan dari atap di belakang rumah terdengar berderak-derak.
.
25 Januari 2023| Indria Salim
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H