Pada tahun 2020 yang lalu, suasana tahun baru di Jabodetabek diwarnai oleh hujan lebat berkepanjangan, mengakibatkan jalan-jalan macet dan banjir. Sebagian wilayahnya bahkan mengalami banjir yang melumpuhkan kehidupan bisnis dan usaha -- contohnya Mall Taman Anggrek yang sampai harus "meliburkan diri" atau terpaksa tutup sampai beberapa minggu!
Nah, pada saat ini (tahun 2021), hujan sudah merata di sebagian besar wilayah Indonesia. Siapa juga yang mau kebanjiran lagi!
Hadirnya hujan yang semakin intens, dan untuk sebagian wilayah di Indonesia, khususnya Indonesia bagian Barat -- hujan yang relatif merata dan semakin tinggi curah hujannya itu perlu diwaspadai agar tidak terulang lagi efek-efek yang tidak kita harapkan.
Ini mulai dari genteng bocor, pohon tumbang karena hujan yang diiringi oleh angin besar. Untuk ini cobalah sesekali atau bila perlu setiap hari lakukan cek website, berita, atau akun media sosial Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG).
Pada prakteknya di wilayah yang disebut di atas, Jawa, Bali, sebagian Sumatra, sebagian Sulawesi dan Kalimantan itu curah hujan semakin lebat, intensitas semakin tinggi. Hari besar Imlek seringnya yang sudah-sudah disambut dengan hujan berlimpah, dan durasinya bisa sampai berjam-jam, sambung-menyambung sampai keesokan harinya.
Saya sendiri baru saja mengalami banjir tak terduga ini, tepatnya pada minggu terakhir bulan November 2020. Saya tinggal di pemukiman ini sudah sepuluh tahun, dan mengalami kebanjiran ya baru sekali itu.
Ada sebab dari faktor alam (hujan badai), ada faktor luar (sampah daun tetangga yang tertiup angin ke arah genteng saya), dan ada faktor internal (karpet talang sudah tua dan ada yang jebol).
Sementara itu di area lain yang dekat tempat tinggal saya, sungai meluap, dan jalanan sempat beberapa kali banjir. Ngeri menurut saya, karena saat banjir jelas banyak kerugian dari yang kecil sampai, kepanikan. Belum lagi adanya fenomena benda serta berbagai makhluk air muncul, hanyut, dan terbawa oleh air ke mana-mana.
Mumpung musim hujan belum sampai puncaknya, yang menurut prakiraan cuaca versi BMKG yaitu antara bulan Maret-Juni, dan Juni-Juli di sebagian wilayah Indonesia Timur, yuk kita cermati kiat pencegahan dan cara menghadapinya. Kita mulai dari diri sendiri
1. Cek kondisi atap dan genteng. Bagaimana talang dan salurannya, gentengnya, kalau perlu minta bantuan seorang pekerja yang paham tentang atap dan talang.
2. Bersihkan sampah-sampah tak terduga yang mungkin menutupi talang atau menumpuk di atas atau sekitar jalan air. Biasanya ataupun kadang-kadang, setumpuk layang-layang putus dan jalinan benangnya cukup berpengaruh, bahkan bisa jadi penyebab utama atap bocor. Ini yang terjadi di tempat tinggal saya November lalu. Ini salah satu potensi "banjir lokal", ya di rumah Anda sendiri.
3. Bersihkan selokan dari benda dan sampah yang menyumbat aliran airnya.