Lihat ke Halaman Asli

Indria Salim

TERVERIFIKASI

Freelance Writer

Adios Pohon Padi

Diperbarui: 19 Juli 2020   17:35

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pohon Padi, makin berisi makin merunduk |Dokpri

"Pada suatu hari nanti,
suaraku tak terdengar lagi,
tapi di antara larik-larik sajak ini." 

Dan kini momen itu tiba, menjemputmu dengan syahdu. Engkau berpulang menuju kekekalan, dalam haribaan kasih abadi Sang Pencipta. Pujangga membumi, membekas dalam sukma insan-insan pecinta.

Mengamati yang melintas
Di mana-mana
Dalam beragam kesempatan
Satu hikmat mengkristal.
Ilmu padi menjadi laku sejati

Mereka yang hidupnya sarat dengan buah-buah harum pengabdian
Mereka yang membagikan keilmuan sepenuh cinta dan ketulusan
Mereka yang karya besarnya menebar bunga-bunga harapan zaman.
Mereka lintas usia, generasi, dan kesukaan.
Mereka batu penjuru melintas batas kemashuran.

Ya, nilai keluhuran tidak mengenal usia dan warna lautan, atau ragam hutan tempat mereka menghirup napas kemanusiaan.

Kekinian tidak terjadi tanpa melewati hari kemarin
Aku bukan pemuja nostalgia, namun Sang pujangga mengikat masa dan asa.
Belajar tentang kehidupan
Bukan selalu harus menyangkali asal-usul dan kedebuan. Tiada ungkapan berbunga-bunga. Makna menyingkap semuanya.

Hakiki rasa penghormatan terhadap sepuh yang berjalan lebih dahulu
Dunia mengenalmu, Sang Maestro Sastra. Kami berduka atas kepergianmu.

Tumbuh cara baik |Dokpri

Oh, aku tidak sedang menyesah
Aku sedih bila anakku cepat berbangga dengan giginya yang baru tumbuh
Merentang tangan tertopang angin buritan
Di pucuk pohon besar akarnya merapuh.

Semoga kami belajar darimu, pohon kehidupan yang bersahaja.

In Memoriam: Profesor Dr. Sapardi Djoko Damono

::: Indria Salim:::

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline