Lihat ke Halaman Asli

Indria Salim

TERVERIFIKASI

Freelance Writer

Koleksi Buku dan Resolusi Tahun Baru

Diperbarui: 29 Januari 2020   12:18

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Books are my best friends | Foto: Indria Salim

Bulan pertama tahun baru 2020 akan segera berakhir. Siapa yang berhasil melaksanakan resolusi tiga puluh hari pertama tahun baru?

Bagaimana denganku? Bagaimana denganmu?
Ada rencana yang mau nggak mau harus selesai sesuai jadwal, ada yang selesai dalam tahapan tertentu, namun masih perlu dituntaskan.

Penuntasan inilah yang kalau tidak serius, berpotensi menjadi sandungan kebahagian menjalani hari-hari mendatang. Kedengarannya mungkin normatif, namun memang faktanya sebuah niat akan tetap abstrak tanpa tekad kuat, fokus total, dan implementasi terukur dan realistis. Halah!

Dokpri

Koleksi Buku, Berkat atau Beban?

Satu kamar berisi kontener dan lemari yang penuh buku. Semula kupikir dengan berhenti bekerja kantoran, aku akan membaca dan membaca, lalu menulis dan menulis.

Buku-buku itu kubeli dengan mengabaikan tips pakar keuangan yang menekankan pentingnya menabung dan berinvestasi demi tercapainya  "financial freedom".

Beli, baca dikit atau baca tidak tuntas lalu tumpuk. Ada sekian persen yang kubaca sampai tamat, dan ada juga yang kubaca berulang.
Ada yang kupakai buat bahan mengajar mahasiswa, namun jauh lebih banyak yang kubaca untuk belajar.

Pernah merasa seperti punya dua kepribadian, aku terombang-ambing antara membaca dan melakukan hal lain. Terselip rasa bersalah saat aku dedikasikan waktu untuk fokus membaca. Saat itu juga aku beranjak meninggalkan buku-buku itu untuk melakukan hal lain. Lalu saat menengok tumpukan buku, rasa bersalah muncul dan seterusnya.

Sesekali puas dan lega bila sempat membuat resensi dan mengunggahnya secara publik, atau menceritakan ulang kepada beberapa orang yang kutemui, dan mendapatkan momen tepat membagikan pada mereka.

Majalah itu bikin kepo! | Foto: Indria Salim

Majalah dan tabloid beda lagi. Sebagian dan 100 persen majalah dengan beragam kategori telah kubagikan gratis ke beberapa orang.Ada pemulung, tukang loak, dan teman yang pengin membaca. Buku anak-anak sudah menemukan penerima dan pembacanya.

Habis dibagi, muncul kardus-kardus baru berisi majalah baru. Aku baru berhenti membeli majalah dan tabloid sekitar ... hmmm .. mungkin lima tahun lalu.

Untuk buku yang "kupertahankan lama" saat ini aku belum mampu menjadi penderma, maka aku akan menjual sebagian buku-buku itu.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline