Lihat ke Halaman Asli

Indria Salim

TERVERIFIKASI

Freelance Writer

Monolog Ngawur

Diperbarui: 3 Oktober 2019   16:21

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bumi mengitari matahari | Foto: pixabay

Di dalam sebuah ruang hampa di kepala, terjadilah sebuah percakapan bisu. Hanya dia dan dia lainnya yang mendengar suara perbincangan tanpa permulaan kata itu. 

Dia bertanya, dan terus bertanya.

Dia menjawab, dan terus membuat dia yang bertanya terusik untuk bertanya.

Apakah itu aku sendiri? Ataukah itu dia? Apakah itu penting? 

Cita-citamu apa?
+ Ada

Sudah tercapai?
+ Sebagian

Terus?
+ Kehidupan itu berjalan ke depan, walau yang tampak itu bisa jadi mirip undur-undur.

Lalu?
+ Berburu itu asik. Kadang kusadari, cita-cita itu semacam pengingat bahwa berburu itu menggairahkan.
Walau begitu, yang sudah dalam genggaman sebaiknya tidak kuabaikan. Terkecuali bila itu entah bagaimana terkontaminasi debu zaman, dan memiliki masa kadaluarsanya sendiri.

Apa sikapmu?
+ Membuangnya, menguburkannya, atau memformat ulang.

Bagaimana bisa?
+ Pasang perangkat berteknologi tinggi yang berbasis kemanusiaan.

Ngawur kamu!
+ Ngawur atau mujur, itu sudut pandang. Pada masanya, kebenaran akan menunjukkan diri. Ingat Galileo Galilei? Hingga tutup usia, dia dikucilkan karena dianggap ngawur mengatakan Matahari itu pusat tata surya, dan bumi itu salah satu yang mengitarinya. Kau memercayai yang mana? Pemimpin agama merehabilitasi nama astronom itu setelah sekian lama. Itulah dunia.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline