Luka? Aku pernah melumpuhkannya. Luka itu fantasi jiwa lemah. Siapa pun, apa pun, tidak akan kubiarkan melukaiku. Aku seekor elang yang memandang lurus ke depan, naluriku tajam melawan kuatnya angin dari ketinggian. Aku elang perkasa di udara. Aku melayang ringan merengkuh badai kehidupan. Sayapku kuat menembus desakan arus bawah lautan.
Semesta mengingatkanku, semua memiliki banyak kesempatan untuk terluka. Pikiran menjadi kendalinya, atau pembisik manja dan cengeng. Menikmati luka dan memeliharanya, itu candu. Luka itu tipu daya yang bermuara pada terowongan terdalam sumber bencana.
Aku elang sejati, yang memilih perjalanan bahagia dan nyaman, pun seandainya aku seakan terluka. Waktu adalah sahabatku. Dengan caranya, dia membuat luka berlalu dan menguap. Kau tidak percaya? Langit biru, bunga-bunga yang bermekaran, dan ombak laut yang berkejaran riang menjadi saksinya. | Indria Salim |
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H