Lihat ke Halaman Asli

Indria Salim

TERVERIFIKASI

Freelance Writer

Tentang Penyair

Diperbarui: 10 November 2018   11:19

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pena ajaib |pixabay.com

Penyair menggoreskan pena dengan ajaib. Sebuah kata yang terlontar ringan, mengguncang dahsyat melebihi berita kiamat. Penyair mengolah rasa, kata mereka. 

Penyair menuntun jiwa papa pada cahaya terang. Penyair melakukan banyak pemberontakan, kadang untuk melawan dirinya sendiri. Kelahiran karya yang membawa pecinta meretas surga lapis ketujuh, terbang tinggi dan merasuk sampai ke tulang sungsum.

Aku memperlihatkan sajakku pada seorang penyair. Ada gelak dan sergah membuka mataku. "Bila kaumaksudkan ini karya seni, puisimu sungguh telanjang," gumam penyair itu menambah gemetar tanganku. Aku tertunduk, menggugu khidmat. Kujelajahi negeri penyair, di mana pertapa menyihir gerutu dan desis menjadi busur panah beracun. 

Di sana, rindu seorang kekasih seindah kerlip bintang di langit kelam. Sementara itu, masa depan tergenggam dalam seikat bait gubahan. Aku lesap, lebur dalam puisi. | Indria Salim |




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline