Aku tidak akan terkecoh
Balutan kata indahmu
Membius pembacamu
Mengaburkan makna yang sejatinya kaupinjam lihai
Persatuan apa?
Ketakwaan apa?
Kalimat suci sudah dimanipulasi demi isi hati meracuni negeri sendiri
Kautertawai sinis manis patriotisme yang kauanggap demi isi pundi dunia
Kaulupa, satu jari menunjuk ke balik gunung
Selumbar yang kausembunyikan dalam timbunan logika
Menyelinap genit pesonakan solidaritas para pembebek
Cerdiknya kau
Burung hantu penyendiri menatapmu tajam
Senyum di bibir anggun, sementara kaulahap habis kekaguman orang-orang
Kau melancarkan bias perlawanan halus membius
Persatuan apa?
Patriotisme kauhargai, katamu
Sambil mengacaukan pemahaman tentang hormat kepada yang Maha Tinggi, seakan-akan saja
Sujud pada Yang Maha Tinggi
Kaupinjam tanpa ragu
Bila kau memang cendekia
Kau sungguh memperdaya kami semua
Oh bukan, hanya mereka
Bukan aku
Aku tidak akan teperdaya atau terpenjara dengan sebutan kawan
Kausihir mereka dengan jalinan sutra membelit akal
Karena kau memusuhi negara dengan licik
Niatan mengganti semuanya dengan entah apa yang terwujud dalam bendera, seakan-akan saja
Yang bukan bendera negeriku tercinta
Kutahu, cukuplah sampai di sini
Sayang sekali, jangan hamburkan kisah penyaruanmu itu
Cukup!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H