Lihat ke Halaman Asli

Indria Salim

TERVERIFIKASI

Freelance Writer

Ekonomi Kebodohan atau Wacana Pembodohan?

Diperbarui: 14 Oktober 2018   09:07

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kemenkes RI dalam Rakernas Kemenkes 2018 | Dirjen P2P Kemenkes

Tajuk Kompas memberitakan bahwa calon wakil presiden nomor urut 02 Sandiaga Salahuddin Uno memandang pernyataan yang dilontarkan calon presiden pasangannya, Prabowo Subianto tentang perekonomian Indonesia merupakan koreksi dan evaluasi bagi para elite. Koreksi dan evaluasi, tentu maknanya bagus dan penting, kita setuju hal ini. Namun tunggu dulu isinya apakah relevan dengan perkembangan Indonesia di saat ini.

Beberapa media berita mencatat bahwa saat berpidato pada Rapat Kerja Nasional (Rakernas) Lembaga Dakwah Islam Indonesia (LDII), Kamis (11/10/2018), Prabowo mengatakan, Indonesia selama ini menjalankan sistem ekonomi kebodohan.

"Jadi saya menggaris bawahi bahwa sistem ekonomi kita bukan hanya zaman Pak Jokowi tapi sebelumnya nya, juga sebelumnya, dan sebelumnya juga," tutur Sandiaga saat di Asrama Mahasiswa Riau, Jagakarsa, Jakarta Selatan, Sabtu (Kompas, 13/10/2018).

Baiklah, anggap saja ini kesimpulan tentang ekonomi kebodohan ini sungguh keren dan faktual . Lantas, bagaimana dengan kebijakan DP umah nol persen dan program oke-oce? Apakah itu termasuk dalam praktik ekonomi kebodohan, atau bukan? Jangan lupa, kebijakan ini digulirkan oleh Pemda DKI, yang notabene adalah petinggi yang mewakili atau diusung oleh partai capres dan cawapres nomor dua.

Soal isu anak-anak kekurangan gizi dan kasus-kasus stunting, hal ini justru menjadi fokus perhatian pemerintah saat ini untuk mengatasinya, bukan masalah yang terluput dari perhatian pemerintah, namun malah diprioritaskan, dalam hal ini penanggung jawab utama dan kebijakannya diinisiasi oleh Kementerian Kesehatan RI. Program prioritas ini juga dikoordinasikan dengan pihak lain yang relevan, termasuk pihak swasta agar mendukung usaha perbaikan gizi dan penanggulangan stunting pada anak-anak sejak dini, sedini persiapan calon ibu yang harus sehat dan siap menghadapi kehamilan sehat.

Mengenai ekonomi Indonesia, World Bank dalam Laporan Triwulanan Perekonomian Indonesia Juni 2018, menyebutkan bahwa Ekonomi Indonesia terus tumbuh dengan kuat.

Harga komoditas global yang tinggi telah mendorong investasi yang lebih tinggi. Dalam kurun 15 tahun, angka partisipasi sekolah tumbuh signifikan namun capaian pembelajaran siswa masih berada di bawah tingkat negara-negara lain di kawasan ini.

Dalam laporan ini dipaparkan poin-poin penting yang mendukung kesimpulan pertumbuhan ekonomi Indonesia, yaitu:

Perekonomian Indonesia terus berkembang dengan cepat pada kuartal-1 tahun 2018, terdorong oleh investasi yang kuat;

Pertumbuhan PDB riil turun menjadi 5,1 persen pada kuartal-1 2018, sedikit lebih rendah dari 5,2 persen pada kuartal-4 tahun 2017; harga komoditas global yang lebih tinggi mendorong investasi yang lebih kuat, terutama pada mesin, peralatan, dan otomotif.

Meski demikian, pertumbuhan investasi pada mesin yang lebih tinggi juga menyebabkan peningkatan impor lebih lanjut, dengan kata lain hal ini memberatkan pertumbuhan.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline