Lihat ke Halaman Asli

Indria Salim

TERVERIFIKASI

Freelance Writer

Bunga-Bunga Anggrek dan Generasi Z, Bicara Aspirasi dan Kemandirian

Diperbarui: 23 Juni 2018   17:30

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Anggrek segar penghias meja informasi |Foto: Indria Salim]

Libur Lebaran baru saja usai, namun sejak bulan Ramadan kesibukan mereka semakin meningkat. Siapakah mereka? Mereka adalah frontliners yang selalu siap menyambut pengunjung salah satu Mal terbesar di wilayah Tangerang. Dengan kostum yang merepresantisikan tema program Mal, senada dengan warna bunga Anggrek yang menjadi dekorasi di setiap desk informasi yang ada -- para petugas "Customer Service" ini menarik perhatian saya untuk sekadar menyapa. Kebetulan saya suka memotret bunga, dan Anggrek pun membuat saya mendekati desk Customer Service untuk memastikan apakah bunga-bunga yang mekar cantik itu asli.

Tyas, dokpri

Benar, pot bunga Anggrek yang tampak segar itu asli tanaman hidup. Setiap hari disemprot dengan larutan khusus, untuk menjaga kesegarannya. Setiap Selasa dan Jumat, ada petugas yang menyirami pot hidup bunga itu. Begitu penjelasan Tyas, staff Customer Service yang sedang bertugas sore itu.

Saya senang bahwa pertanyaan saya yang mungkin termasuk kurang nyambung dengan soal belanja dan menukarkan hadiah hasil belanja banyak di Mal itu, ditanggapi dengan sungguh-sungguh dan tetap ramah. Lalu saya sampaikan keinginan saya memotret bunga itu, agar dia tidak bertanya-tanya tentang apa yang saya lakukan dengan aksi saya di depannya.

dokpri

Kebetulan saat itu sedang tidak ada orang lain, lalu saya sampaikan saja kesan saya tentang bunga anggrek yang ada di setiap desk informasi dan keselarasan warna busana yang dikenakannya. Dengan singkat, Tyas menjelaskan bahwa warna busana memang disesuaikan dengan warna bunga. Satu hal yang layak dicatat tentang pernik dan pengelolaan Mal dari aspek seni hospitality.

Hospitality menurut kamus artinya kurang lebih adalah keramahtamahan, dan dalam konteks tulisan ini dikaitkan dengan bidang profesi terkait ramah-tamah dan murah hati dalam menerima dan mengelola pihak lain yang menjadi tamu, pelanggan, klien, pengunjung, dan sejenisnya.

Naluri sebagai 'blogger amatiran', saya langsung berbincang singkat dengan Tyas, singkat saja karena saya menghormati profesi, tugas, dan waktu bertugasnya. Tyas, lulus SMA tahun 2016. Beberapa bulan setelah itu dia melamar di Mal yang ternyata menjadi tempatnya bekerja sampai kini. Saya tembak langsung, "Lima tahun dari sekarang, Anda ingin menjadi seperti apa -- apa yang ada dalam bayangan Anda berada dalam situasi 5 tahun kemudian?"

Dia tampak berpikir sejenak, lalu saya bertanya lagi, "OK, 5 tahun mungkin agak jauh ya. Bagaimana dengan 3 tahun sejak sekarang?"

Jawabnya, "Saya tidak ingin tetap menjadi seperti sekarang. Saya bahkan ingin kuliah tahun ini, kemungkinan September ini saya mudah-mudahan bisa mulai kuliah. Namun, saya ingin tetap bekerja di sini sementara saya kuliah, ya kuliah sambil bekerja atau bekerja sambil kuliah."

Tyas menyebutkan sebuah nama perguruan tinggi dengan bidang studi spesifik, dan itu justru nyambung dengan apa yang dirintisnya saat ini -- yaitu bidang komunikasi.

"Selain ingin menambah kualifikasi, dengan kuliah saya yang awam mengelola keuangan ini agar terpacu memanfaatkan penghasilan untuk hal yang nyata, dalam hal ini ya dengan menggunakan sebagian gaji saya untuk kuliah dengan biaya sendiri.

Dalam waktu yang terbatas, Tyas mengizinkan saya mengambil satu gambarnya dan menjawab pertanyaan saya dengan singkat, padat, informatif dan inspiratif.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline