Bahasa Indonesia, bahasa nasional warga negara Indonesia. Sepakat? Bahasa itu dinamis. Sebuah kata yang dulu dianggap ejaannya begini, sekarang ejaan yang benar berubah. Mungkin karena peraturan yang berubah.
Namun hati-hati kalau seseorang merubah. Itu berarti dia berlaku atau berpenampilan seperti rubah. Tidak mengapa kalau dia sekadar ingin mengubah. Mengubah yang kurang tepat, itu baik adanya.
Dari larangan berdagang di bahu jalan, kini dicoba melegalkannya. Ah, yang bener, Bang. Berita hari ini sih, Pak Polisi sudah melakukan pengkajian perlunya Jalan Jati Baru dibuka. Di Jati Baru? Iya, di situ, bukandisitunya lagi.
Paragraf di atas tampaknya ruwet, mungkin. Ya ruwetlah. Masa manusia merubah? Biarkan rubah tetap rubah. Manusia boleh mengubah, tapi jangan merubah. Paham kan maksudnya? Contoh lain, kalau manusia yang kecenderungannya mengikuti apa kata orang, tanpa berpikir kritis pokoknya ikut saja ke mana angin bergoyang, nah itu namanya membebek. Bentuk lain yang serupa meski sedikit berbeda, yaitu membeo.
Kembali ke topik rubah, ingat, merubah itu tidak mudah. Mari kita pikirkan andaikata manusia bernapas seperti rubah. Apakah rubah punya pikiran? Nah, di sini kita memakai kata "ber-napas". Itu ejaannya demikian, bukan ber-nafas. Lalu, "pi-kir-(an)" dan bukan fi-kir-(an). Coba simak dengan saksama, ya, sak-sa-ma. Kalau dulu orang memang terbiasa untuk mengejanya dengan "sek-sa-ma".
Pusing ah! Nulis kok ribet. Ya, kalau menulis untuk format informal memang rambunya lebih longgar. Sayangnya kemarin tulisan saya dicoret-coret Sang editor. Katanya, "Perhatikan peraturan kantor ini. Menulislah dengan ejaan yang benar. Apalagi untuk mempersiapkan sebuah pidato resmi."
Sejak itu saya tahu, ejaan yang benar adalah "memesona" alih-alih "mempesona". Kok ejaan yang "benar" terdengar aneh ya? Coba biasakan diri saja, lama-lama kelak terbiasa dengan memakai ejaan yang benar.
Hmm, nampaknya mudah, kan?
Oh, maksudmu "tampaknya" mudah? Yuk, tengok laman KBBI daring. Ah apa pula "daring" itu"
He he he ... penjelasan Sang penggagas kata, itu singkatan dari "dalam jaringan" alias online.
Aduh, sudah deh cukup sekian saja. :: @IndriaSalim ::
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H