Lihat ke Halaman Asli

Indria Salim

TERVERIFIKASI

Freelance Writer

Kegamangan Menulis dan Beberapa Solusinya

Diperbarui: 11 Oktober 2017   15:34

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Selda Penulis Cilik Mulai Menulis | Dokumentasi Pribadi

Sebenarnya artikel ini saya tulis untuk mengatasi keraguan saya sendiri saat mau menulis sesuatu. Bermaksud ingin berbagi pengalaman tentang proses menulis, saya sedang mengkompensasikan diri menulis hal yang topiknya tidak dalam daftar prioritas rencana. 

Ibaratnya saya ingin ke Selatan, mendadak saya tidak yakin apa jalan menuju ke Selatan itu lancar dan mulus. Dari pada saya malah tertidur karena kelamaan melamunkan apa yang membuat saya gamang, lebih baik saya tetap melangkah, awalnya seakan menuju ke Timur, padahal saya tahu bahwa saya tetap akan ke Selatan, hanya dari titik berbeda.

Sebentar lagi November tiba. Pernah mendengar Nanowrimo (National Novel Writing Month)? Ini adalah bulan menulis sebanyak minimal 50.000 kata. Saat sudah menyelesaikan 50.000 kata -- boleh lebih, peserta Nanowrimo akan mengisi data di platform Nanowrimo untuk mendapatkan validasi, yang kemudian akan diapresiasi dan hal ini ditandai dengan sebuah sertifikat pencapaian menulis 50.000 kata oleh pihak Nanowrimo. Sertifikatnya sih diberikan secara virtual, namun itu pun tidak setiap peserta berhasil mendapatkannya.

Nanowrimo bukan hal yang ingin saya bahas di sini. Saya hanya teringat celetukan beberapa teman yang ikut, salah satunya mengatakan, "Malas baca tulisan orang. Rasanya aku terintimidasi, dan itu membuatku semakin galau dan tidak pede menulis."

Ternyata curcolan teman ini kadang melanda diri sendiri juga. Karenanya bila ada lomba menulis, saya cenderung tidak membaca tulisan dengan topik sejenis dari peserta lain. Ini satu hal. Hal lain adalah tanpa hambatan itu, kita bisa jadi tetap mengalami yang namanya "tidak pede, ragu-ragu, dan tidak yakin apa ide yang akan atau sedang kita tulis itu cukup bagus dibagikan kepada pembaca". Itu pun kalau ada pembaca. Minimal bila diri sendiri bahkan tidak ingin membaca tulisan sendiri, nah, pasti ada yang nggak beres.

Nah, kalau keraguan itu datangnya hanya kadang-kadang masih wajar. Yang bermasalah itu jika setiap kali mau menulis, sontak kepercayaan diri merosot. Lha kalau begitu caranya kapan kita mulai menulis? Kapan kita menyelesaikan tulisan kita, terlebih dalam konteks ini adalah tulisan yang diunggah untuk para pembaca. Lha katanya ingin jadi penulis, ingin punya blog yang banyak pengunjungnya, ingin ini dan itu terkait tuntutan dan kewajiban menulis. Ini tidak bisa dibiarkan, namun dicari solusinya. Betul? Ini (lagi-lagi) saya mengingatkan diri sendiri.

Cara Mengatasi Keraguan Menulis

Banyak mentor menulis menganjurkan agar kita mulai menulis dengan membuat draft pertama. Saya melakukannya juga, dan ini seringnya membantu mengatasi tantangan dari dalam diri, yang suka menggoda kita dengan banyak dalih yang menciutkan semangat menulis.

Menulis draft pertama dengan cepat, itu yang saya lakukan. Ini terbukti efektif menutup kemungkinan otak menyensor, meragukan, dan mempertanyakan setiap kata saat mengalir di benak dan terketik di komputer (atau tertuliskan di kertas).

Ketika saya menulis dengan cara demikian, saya berpura-pura sedang berbicara dengan seorang teman. Saya ingin teman saya mendengar tentang hal menarik atau hal yang ingin saya bagikan kepadanya. Dengan cara itu saya tidak perlu membuatnya terkesan, atau sebaliknya membingungkannya.

Cara lain adalah dengan membetuk kebiasaan (bisa dibilang sebagai ritual) menulis. Apa pun situasinya, pokoknya ada kegiatan menulis yang dilakukan dengan teratur. Teratur tentu relatif, ada yang teratur menulis setiap pagi, setiap malam, atau sekali sampai tiga kali seminggu, dan sebagainya.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline