Kala kita bergegas pergi bekerja, atau bersekolah, atau mulai melakukan aktivitas pagi – ingatlah selalu untuk menyempatkan sarapan. Lebih praktis dan ringan, lebih baik. Ringan tidak berarti miskin gizi. Praktis itu adalah bila persiapan memasak atau penyediaannya tidak menyita waktu dan konsentrasi.
Sebagai orang Indonesia, tampaknya kita beruntung punya banyak pilihan dan fleksibilitas menu pagi. Secangkir teh hangat, atau kopi panas dengan setangkup roti mentega isi telur dadar, atau dua butir telur rebus sudah memadai, rasanya. Atau, seporsi sedang nasi goreng ayam dan telur, dan segelas air putih dengan irisan lemon juga cocok. Atau kalau sempat, sepiring nasi pecel sayuran lengkap dengan lauk pilihan (tahu, tempe, telur) – nah, itu baru sebagian contoh sekilas.
Yang ingin diet jantung sehat ala gaya modern, cukup membuat semangkuk bubur oatmeal, bisa dipadu dengan potongan pisang yang harum dan manis rasanya. Cocok juga.
Jadi mengapa sarapan itu perlu? Melupakan sarapan akan membuat kita bahkan lapar berlebihan, lalu tanpa sadar cenderung ngemil berlebihan, di waktu yang belum tentu tepat karena mungkin saat kita justru harus fokus pada pekerjaan. Siangnya masih juga makan dengan kalap, lha kan belum makan sejak pagi? Lha ngemil itu apa? Ngemil itu bukan makan, tapi mulut komat-kamit mengunyah cemilan, mana puas?
Sarapan teratur, memberi energi penuh dan juga rasa tenang saat bekerja atau beraktivitas. Tentu ini akan memengaruhi kinerja kita, karena kita akan lebih fokus, bisa membuat keputusan yang tepat dalam berkarya, dan mencegah perut berkeriyut keras di saat dan tempat yang tidak diinginkan. Kebayang malu kan kalau di tengah rapat serius, tiba-tiba terdengar bunyi “kukuruyuk” dan semua menoleh ke arah kita?
Yang utama dan terutama, doa pagi mengucap syukur dan mohon bimbingan kepada Yang Maha Bijaksana, dan sekeping harapan dan tekad melakukan hal terbaik yang kita bisa, dan ini modal memulai langkah pagi. Tentu hal ini berlaku untuk kita yang jadwalnya seperti burung pekicau, bukan burung hantu. Burung pekicau akan melek pagi hari, bernyanyi menyeruak hening pagi, dan mulai mencari makanan dari satu pohon ke pohon lainnya. Cuits cuits cuits …
Sudah dulu, ya. Yuk kita cap cus. |@IndriaSalim
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H