Lihat ke Halaman Asli

Indria Salim

TERVERIFIKASI

Freelance Writer

Kurangi Porsi Nasi, Bisa!

Diperbarui: 17 Juni 2015   09:54

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

14259438111107783041

[caption id="attachment_401780" align="aligncenter" width="332" caption="Gado-gado ala Solo | Dokpri-Indria Salim"][/caption]

Beberapa saat ini berat badanku cenderung naik. Ini bukan soal estetika lagi, namun lebih pada pentingnya menjaga efek kelebihan berat badan. Misalnya saja, risiko penyakit terkait kelebihan berat badan, seperti jantung, diabetes, gangguan peredaran darah, dan sebagainya.

[caption id="attachment_401779" align="aligncenter" width="287" caption="Gado-gado ala Jakarta | Dokpri-Indria Salim"]

14259437491486808476

[/caption]

Selain olah raga kecil-kecilan dengan jalan kaki teratur selama tiga puluh menit setiap pagi, penulis berusaha mengendalikan asupan nasi. Kalau sarapan sudah nasi, maka makan siang atau malamnya diusahakan bukan nasi lagi, melainkan menu yang lebih banyak protein, dan asupan vitamin lainnya --- antara lain sayur, buah, telur, kadang ayam, atau ikan.

[caption id="attachment_401778" align="aligncenter" width="336" caption="Kopi penyemangat pagi | Dokpri-Indria Salim"]

142594368878197248

[/caption]

Untuk lebih menyempurnakan penjagaan kesehatan, penulis berusaha minum air putih minimal satu setengah liter sehari --- ya, kira-kira delapan gelas. Lebih banyak minum air putih, kalau memang sesuai kebutuhan tubuh, tentu lebih baik.

Jujur, penulis suka ngopi. Sehari bisa menghabiskan dua sampai empat cangkir. Masalahnya, kopi di rumah tidak ada yang hasil gilingan instan. Jadi demi cita rasa kesukaan, maka aturan minum kopi yang ideal agak terabaikan. Ya, sejauh ini tubuh masih toleran dengan kebiasaan itu, minum kopi instan three-in-one - kopi bubuk, gula, krimer alias kopi putih. Ada temuan resep pribadi. Untuk variasi, seduhan kopi dicampur dengan coklat Milo - dengan perbandingan porsi 1:1. Coba deh, nikmat sekali.

Gado-gado versi warung Sunda. Bumbunya diuleg langsung, bawang putih mateng, secuil terasi, satu cabe rawit matang, sedikit air jeruk, secuil gula merah, sejumput garam, air matang secukupnya. Aroma bumbunya yang bercampur kacang goreng yang sudah ditumbuk halus .. mmm hidung Penulis jadi seketika kembang kempis.

Isinya ada tahu & tempe goreng, toge, kentang, labu siam, jagung, kacang panjang, bayam, kol (semua direbus), timun segar, Pakai lontong yang legit dan beraroma bungkus daun pisang kukus. Taburan brambang goreng, juga kriuk-kriuk dan gurih krupuknya menambah lengkap kenikmatan makan gado-gado ini.

Ada gado-gado versi lainnya, yaitu Gado-gado Solo. Apa keistimewaannya? Bumbu gado-gado Solo dimasak dengan santan, jadi racikan sayur dan bahan lainnya tinggal disiram dengan bumbu yang bentuknya seperti bubur kacang. Tekstur dan rasanya di lidah lebih lembut dan gurih. Untuk sayurnya agak berbeda. Gado-gado Solo memakai kol mentah yang dirajang tipis-tipis, selada dan timun segar, serta rebusan buncis, wortel, kentang, dan toge. Penampilannya jadi lebih 'rapi'. Kelengkapannya selain krupuk merah, juga ada emping goreng.

Begitulah sekelumit pola makan dan diet Penulis, sambil mempromosikan  salah satu makanan khas Indonesia --- Gado-gado! Salam Kompasiana. | Indria Salim

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline