Lihat ke Halaman Asli

Indri RatnaSari

meskipun aku gendut, kupastikan aku tetap muat di hatimu.

Olahraga Bukan (Sekadar) Hobi

Diperbarui: 16 Januari 2020   12:15

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dokpri

Meskipun bukan olahragawan, saya adalah orang yang suka sekali berolahraga. Salah satu yang saya tekuni sejak remaja adalah senam aerobik. Alasannya sederhana. Banyak temannya dan pakai musik. Ketika ditanyai oleh orang lain "hobi kamu apa?" dengan lantang saya akan jawab "olahraga". 

Mengapa saya sangat menyukai olahraga? tentu saja karena efek langsung berupa badan yang sehat, serta efek tidak langsung yaitu kebahagiaan. bagaimana tidak bahagia kalau bisa tidur nyenyak, bekerja dengan bugar, tidak mudah sakit, berat badan yang terjaga, serta bertemu teman-teman yang se-hobi.

Namun kegemaran saya ini harus ambyar ketika saya memiliki bayi yang tentu saja membutuhkan perhatian penuh. dari bobot awal 65 kg membengkak dengan sukses 85 kg setelah memiliki 2 anak. sempat turun ke angka 72 kg namun karena kehamilan kedua, sampai si baby lahir bahkan sampai umur 2 tahun, saya stuck di angka 85. 

Bukan hanya karena masalah ukuran tubuh yang membesar, tapi masalah menjadi lebih lamban, mudah lelah, mudah ngos-ngosan ketika naik-turun tangga, membuat saya bertekad ingin kembali intens berolahraga. Belum begitu banyak perubahan dari segi berat badan namun dari segi vitalitas sudah jelas menampakkan hasil. 

Sehingga saya mulai berani berkata bahwa bagi saya OLAHRAGA ADALAH KEBUTUHAN bukan hanya sekadar hobi. Sejak kembali intens berolahraga sejak September 2019 sampai Januari 2020 ini, saya sudah mencapai berat badan 77 kg (turun 8 kg) murni olahraga dan mengatur asupan makanan. Tanpa obat pelangsing atau suplemen yang biasa ditawarkan di OLShop.

Begitulah yang saya harapkan dari people zaman now yang berkutat dengan gaya hidup sedenter alias mager (males gerak). lebih suka nongkrong di kafe sambil berselancar di dunia maya. Tubuh Anda semua butuh diolah supaya tetap sehat. 

Riset tahun 2013 mengungkapkan bahwa 24,1% penduduk Indonesia menjalani perilaku sedenter lebih dari 6 jam per hari. Ya, gaya hidup sedenter makin banyak dilakukan berkat kemudahan teknologi. 

Padahal, menurut WHO, kurang gerak menjadi salah satu pemicu terjadinya peningkatan penyakit tidak menular. Tak mau, kan, jika ini terjadi pada diri Anda?

Pembelaan yang sering saya dengar adalah: naik-turun tangga kantor, cuci baju, nyapu/ngepel lantai itu kan juga sudah olahraga. Saya pun pernah berpikir seperti itu. 

Bersyukur saya memiliki suami yang bekerja di bidang olahraga dengan basic pendidikan olahraga yang memberi pengertian kepada saya bahwa: olahraga yang baik dan benar yaitu bila memenuhi unsur FIT (Frekuensi, Intensitas, Tempo) (Dr. Mohamad Nasrun, SpKO). Frekuensinya tiga kali seminggu, dengan intensitas 65-85% dari denyut nadi maksimal (120-160 detak per menit), lalu tempo atau durasinya kira-kira 30-40 menit. 

Sehingga, betapapun saya menyapu, mengepel (apalagi rumah saya tidak seberapa besar) atau naik-turun tangga kantor, tidak akan bisa memenuhi unsur FIT (kecuali kantor Anda adalah hotel berbintang dan Anda selalu memakai tangga. Taruhan, Anda tidak akan mau setiap hari naik-turun tangga 10 lantai sekali jalan)

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline