Lihat ke Halaman Asli

Lelaki Distraksi

Diperbarui: 25 Juni 2015   00:25

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Aku saat itu

Dalam rasa nyeri yang tak terperi

Dengan segenggam asa yang hampir sirna

Ia datang di luar perkiraan

Ia tak punya pandangan meski matanya sempurna

Ia tak bernyanyi walau suaranya penuh irama

Langkahnya tertatih padahal kedua kakinya kuat

Aku tertegun

Inikah lelaki yang Kau kirimkan untukku?

Bagaimana jika nanti ia membuatku malu?

Mengapa Kau kirimkan lelaki yang seperti itu?

Aku terus bertanya tapi Kau diam saja

Aku mencari jawab hingga jatuh dan tersesat

Aku tahu Kau mendengar dan melihat

Tapi mengapa jawaban itu tak kunjung ku dapat?

Sementara ia terus menguntitku tanpa jemu

Padahal berkali-kali sudah ku usir ia jauh-jauh

Aku sudah lelah

Aku sudah pasrah

Dan akhirnya aku menyerah

Ku jadikan dirinya benda distraksi untuk menghalau nyeri

Dan ia bersedia tetap di sini

Terus menguntitku kemana pun langkah kaki

Bahkan ia kini mulai bernyanyi

Tapi aku tak bisa memahami tiap bait

Ia bernyanyi dan menari tidak karuan

Dan orang-orang mulai memandangi kami berdua

Pada-Mu lagi aku bertanya

Apa yang harus ku lakukan?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline