Lihat ke Halaman Asli

Indri Maisanda

Indri Maisanda seorang Mahasiswa

Masih Mencari yang Namanya "Cita-cita"

Diperbarui: 24 Februari 2021   06:33

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Diary. Sumber ilustrasi: PEXELS/Markus Winkler

Sejak kecil jika di tanya soal cita-cita saya tidak pernah tahu jawabannya. Saya berfikir, apa yang saya inginkan ketika sudah dewasa nanti? Apa yang mau saya lakukan? Dan tetap saja saya masih tidak punya jawabannya. Sampai suatu hari saat saya duduk di bangku SD kelas 1, ibu guru bertanya kepada kami tentang cita-cita. 

Saat itu saya bingung mau jawab apa, dan karena waktu itu nama saya agak lama dipanggil saya mendengar jawaban teman-teman saya yang sebagian besar cita-citanya ingin menjadi dokter. Oleh karena saat itu saya belum ada jawabannya, akhirnya saat nama saya dipanggil ibu guru dan di tanya apa cita-citanya saya ikut-ikutan menjawab ingin menjadi dokter juga. 

Hal itu berlanjut sampai saya duduk di bangku SMP kelas 3. Perlahan saya mulai berfikir 'kayaknya seru jadi dokter, keren juga pakai jas putih gitu', pemikiran itu di dukung juga karena rata-rata dari keluarga ayah saya berprofesi sebagai dokter yang membuat saya juga ingin menjadi dokter. 

Pada waktu akhir-akhir di penghujung kelas 3 SMP saya masih berkeinginan untuk menjadi dokter, membayangkan betapa senangnya orang tua saya jika itu benar-benar dapat dicapai. 

Meskipun begitu saya sangat sadar dengan kemampuan yang saya punya, tidak terlalu pandai matematika, sering tidak masuk karena sakit, dan waktu itu saya mengira kalau belajar untuk menjadi dokter itu mudah saja seperti umumnya karena waktu itu saya belum tahu tentang bagaimana SMA dan di perkuliahan. 

Pada saat menjelang datangnya ujian akhir teman-teman saya sudah mulai mendaftarkan diri untuk lanjut ke SMA, ada juga yang dari jauh-jauh hari sudah mendaftar bahkan sudah memperoleh hasil diterima untuk masuk ke SMA tujuannya sebelum ujian akhir datang. 

Saya pun begitu, mengambil formulir dan datang ke SMA yang saya inginkan, tetapi sayangnya saya belum bisa mendaftarkan diri karena tidak memenuhi syarat. Dari situ saya mulai ragu dengan cita-cita ingin menjadi dokter itu.

Sebelumnya saya selalu membayangkan kalau saya dapat masuk ke SMA yang saya inginkan dengan mudah dan berada di jurusan IPA yang memudahkan untuk menjadi dokter. Ternyata tidak semudah yang di bayangkan. 

Masih dengan cita-cita yang sama saat itu, saya datang ke satu sekolah untuk melaksanakan tes. Disitu orang tua saya benar-benar ingin saya masuk jurusan IPA sama seperti keinginan saya juga. Saat mengisi jurusan saya memilih IPA, tetapi saat ingin menuliskan alasan memilih itu saya bingung. 

Sempat ada perasaan ragu memilih itu, menjadi pertanyaan selama saya duduk melaksanakan tes di ruangan itu. Akhirnya karena tidak tahu ingin menulis apa, saya menuliskan alasan yang bisa dibilang lucu yang dimana saya pun malu untuk memberitahukannya. 

Tibalah hari pengumuman di terimanya siswa di sekolah tersebut. Alhamdulillah saya lulus, tetapi dari hasil tes IQ, dan tes lainnya saya dinyatakan masuk ke jurusan IPS. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline