Di era globalisasi saat ini, tak jarang kita menjumpai pengguna motor listrik, umumnya di daerah-daerah perkotaan baik untuk digunakan secara pribadi maupun umum. Dalam hal ini dapat dirasa perkembangan teknologi motor listrik telah marak di kalangan masyarakat.
Najilatil Mazda (2022) menerangkan, "pada tahun 2021 jumlah pengguna motor listrik di Indonesia mencapai 1,34 juta unit. Jumlah tersebut diperkirakan akan terus meningkat hingga mencapai 11,8 juta unit pada 2025 dan mencapai 13 juta unit pada tahun 2030."
Tranformasi penggunaan motor konvensional menuju motor listrik ini mendukung salah satu tujuan pembangunan yang berkelanjutan yang telah ditentukan oleh PBB dengan poin kemajuan SDGs 9 yang bertujuan untuk membangun infrastruktur yang tahan lama, mendukung industrialisasi yang inklusif dan berkelanjutan, dan membantu perkembangan inovasi.
SDGs 9 yang memfokuskan terhadap industri, inovasi, dan infrastruktur, dapat direalisasikan dengan penerapan motor listrik. Tentunya dengan kelebihan dari motor listrik yang mana menjadi langkah yang positif untuk mencapai tujuan SDGs 9.
Tidak hanya rendah emisi, penggunaan motor listrik juga memberikan konstribusi yang signifikan terhadap efisiensi global. Pengurangan emisi gas buang dan pelepasan karbon yang lebih rendah dibandingkan dengan kendaraan konvensional juga menjadi poin positif dari motor listrik. Tidak hanya itu, peningkatan pengguna motor listrik pastinya akan mendorong pertumbuhan industri baru dalam komunitas kendaraan berbasis listrik.
Dengan investasi dalam infrastruktur pengisian daya yang luas, dapat mewujudkan sistem transportasi yang lebih efisien dan dapat diandalkan, sehingga dapat mendukung perkembangan ekonomi yang inklusif.
Sebagai seorang mahasiswa yang selalu haus akan perubahan, salah satu konstribusi nyata yang dilakukan adalah dengan menciptakan motor listrik berbasis baterai.
Misalnya saja konstribusi mahasiswa Universitas Airlangga untuk meciptakan motor listrik melalui ajang perlombaan PLN ICE 2023. Sebut saja komunitas EV-OS yang berhasil membawa pulang piala juara 1 rancang bangun kendaraan listrik.
Komunitas ini berhasil membuat dua motor listrik dengan pasaran yang berbeda, Saga dan Esa. SAGA Electric Sportbike, merupakan sepeda motor berbasis listrik hasil produksi dari EV-OS Unair.
Dengan jarak tempuh baterai mencapai 118km serta durasi pengisian baterai 3-4 jam dari 0-100%, top speed mencapai 130km/jam, max torsi sebesar 43Nm, dan output power sebesar 5226,6 W, SAGA menawarkan performa tinggi untuk para penggemar sepeda motor sport.
Sedangkan, ESA (Electric Scooter from Airlangga) diproduksi oleh EV-OS Unair. ESA menghadirkan inovasi tinggi dalam sepeda motor listrik. Dengan sistem precharge/discharge untuk meningkatkan efisiensi baterai, fitur keamanan keyless entry, dan alarm system, ESA memprioritaskan performa yang efisien dan keamanan kendaraan.