Lihat ke Halaman Asli

Indra Agung Putrantoro

Musician | Diploma in Optometry | Undergraduate Student in History Education

Laksamana Malahayati, Tidak Seharum Kartini Namun Sekuat Artemisia

Diperbarui: 7 Juni 2022   14:53

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Jalan Laksamana Malahayati di Kalimalang. Sumber: Kumparan.com

Di suatu senja ketika saya melakukan perjalanan menggunakan sepeda motor dari kota Bekasi menuju ke kota Jakarta melewati rute jalan Kalimalang, di pinggiran jalan tertera papan berwarna hijau yang tertulis bahwa nama jalan yang sedang kami lalui ini sesungguhnya bernama jalan Laksamana Malahayati dan bukanlah jalan Kalimalang seperti yang diketahui kebanyakan orang pada umumnya. 

Kemudian saya pun iseng menguji pengetahuan istri saya dengan bertanya "kamu tahu tidak siapa itu Laksamana Malahayati?" dan sesuai prediksi saya dia pun dengan lugas menjawab "tidak tahu", sebuah jawaban yang lumrah saya dapatkan dari orang-orang di sekitar saya ketika saya mencoba menanyakan tentang sosok perempuan hebat yang bernama Laksamana Malahayati ini.

Jika kita membahas tentang pahlawan perempuan di Indonesia tentu saja orang-orang akan mudah untuk mengingat dan menyebut nama-nama pahlawan perempuan yang cukup familiar di masyarakat umum seperti RA Kartini dan Raden Dewi Sartika. 

Hal ini sangat berbeda dengan Laksamana Malahayati, jangankan kisah kepahlawanannya nama seorang Keumalahayati pun seolah kurang familiar di telinga masyarakat pada umumnya. Bahkan nama Malahayati baru muncul di lagu yang tentu saja bukan lagu wajib nasional pada tahun 2010 dimana musisi legendaris Iwan Fals menjadikan Malahayati salah satu judul lagunya pada album Keseimbangan. 

Dan Laksamana Malahayati pun baru disahkan menjadi Pahlawan Nasional pada tanggal 6 November 2017 oleh Presiden Joko Widodo. Lantas siapakah dan bagaimana sepak terjang Malahayati ini semasa hidupnya?

Keumalahayati nama lengkapnya, lahir pada tanggal 1 Januari 1550 di Aceh Besar yang merupakan wilayah dari Kesultanan Aceh yang saat itu merupakan Kesultanan yang mengembangkan pola serta sistem pendidikan militer, memiliki komitmen untuk konsisten menentang imperialisme bangsa Eropa serta memiliki sistem pemerintahan yang teratur dan sistematik. 

Bahkan Kesultanan Aceh yang saat itu merupakan wilayah protektorat dari Kesultanan Turki Usmani dikenal telah mendirikan pusat-pusat pengkajian ilmu pengetahuan serta menjalin hubungan diplomatik dengan negara-negara lain. 

Ayahnya adalah seorang Laksamana yang bernama Mahmud Syah yang merupakan putra dari Laksamana Muhammad Said Syah. Jadi Malahayati ini merupakan keturunan langsung dari Sultan Salahuddin Syah yang merupakan anak dari Sultan Ibrahim Ali Mughayat Syah yang merupakan pendiri Kesultanan Aceh Darussalam.

Pada zaman Keumalahayati masih remaja Kesultanan Aceh Darussalam telah memiliki Akademi Militer yang bernama Mahad Baitul Makdis yang terdiri dari jurusan Angkatan Darat dan jurusan Angkatan Laut dengan instruktur-instruktur dari Turki. 

Setelah melalui pendidikan agama di Meunasah, Rangkang dan Dayah kemudian Keumalahayati ingin mengikuti jejak ayahnya yang pada waktu itu telah menjadi Laksamana. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline