Pengalaman Hidup di Sulawesi
Sambal adalah hal yang sangat mendasar bagi orang Indonesia, tidak ada sambal makan menjadi hambar dan kurang menggairahkan. Bahkan ketika saya hidup di Sulawesi dahulu (saya pernah tinggal di Gorontalo selama 2,5 tahun dan kemudian di Kota Palu selama 4 tahun sampai akhirnya terpaksa pulang ke tanah Jawa dikarenakan bencana alam Gempa Bumi, Tsunami dan Likuifaksi yang terjadi pada tanggal 28 september 2018 yang lalu) orang disana selalu bilang "nyanda pidis nyanda gaga" yang bermakna jika suatu makanan itu ga pedas ya berarti ga akan enak atau kurang sedap.
Sekarang coba bayangkan, bangsa Indonesia yang kita cintai ini memiliki ratusan suku, dan katakanlah jika setiap suku kita pukul rata memiliki 2-3 saja macam resep sambal, total ada berapa ribu macam sambal di Indonesia?. Tentu sangat banyak sekali ragamnya, dan ini sungguh menakjubkan bukan.
Cabai Bukanlah Tanaman Asli Nusantara
Yang unik, para arkeolog menyatakan bahwa cabai bukanlah tanaman asli Nusantara. Bahkan teori masuk dan tumbuhnya cabai di Nusantara pun belum ada satu pun yang bisa dibuktikan ataupun bisa dipertanggungjawabkan secara scientific dikarenakan bukti arkeologis yang tidak banyak dan tidak cukup kuat.
Catatan tertulis yang tertua tentang keberadaan cabai di Nusantara mungkin pada yang tercatat di zaman Kerajaan Mataram Kuno (Mataram Hindu) yang berdiri pada sekitar abad ke 8 -- 10 masehi dimana cabai merupakan komoditas yang sangat berharga di pasar kala itu (sampai detik ini pun kalau harga cabai di pasar naik rakyat Indonesia bisa kacau, iya kan ibu-ibu? hehehe). Selain itu didalam epos Ramayana dari abad ke 10 masehi pun mencatat tentang makan cabai.
Asal-usul Cabai
Berdasarkan bukti temuan arkeologis di Ekuador bagian barat daya yang dekat dengan perbatasan Peru, konon katanya cabai telah dipergunakan sebagai bumbu masak sejak 6.000 tahun yang lalu. Penemuan ini membuktikan bahwa orang Indian di Ekuador telah mampu membudidayakan tanaman cabai dengan cara cangkok dan stek pada kisaran 5.000 -- 7.000 tahun yang lalu.
Berawal dari budidaya suku Indian di Ekuador ini kemudian cabai menyebar ke suku-suku lain di Benua Amerika seperti suku Indian Quechua di Peru ataupun suku Aztec di Meksiko.
Namun tanaman ini terkunci hanya di Benua Amerika karena pada saat itu Benua Amerika masih terisolasi dan belum diketahui keberadaannya oleh bangsa-bangsa lain di dunia. Walaupun ada juga yang berpendapat bahwa cabai bahkan dari sejak 9.000 tahun yang lalu orang Indian telah mencampur cabai dalam masakannya.