Tanggal 18 Mei yang lalu diperingati sebagai Hari Museum Internasional (International Museum Day). Tema yang diangkat tahun ini adalah "Museum untuk Kesetaraan : Keanekaragam dan Inklusi". Hal ini berkaitan dengan semakin strategisnya peranan dan fungsi museum dalam menghadapi tantangan inklusi, kesenjangan dan keanekaragaman dalam masyarakat yang semakin kompleks.
Ditengah pandemi Covid-19 tentu eksistensi dan peranan museum bagi masyarakat menghadapi suatu tantangan berat. Pasalnya sejak pandemi Covid-19 melanda Indonesia pemerintah mengeluarkan kebijakan menutup sementara tempat-tempat wisata termasuk museum. Setidaknya terdapat 107 museum negeri dan swasta yang ditutup operasionalnya secara nasional. Hal ini dilakukan untuk mencegah terjadinya kerumunan dan meminimalisir penularan Covid-19.
Padahal kita tahu bahwa museum memiliki peranan yang besar sebagai sumber pendidikan bagi masyarakat. Karena di dalam museum terdapat banyak pengetahuan kesejarahan dan peradaban kehidupan masa lalu. Museum juga merupakan kutub industri budaya sekaligus tempat kontemplasi yang inspirasional dalam melahirkan sebuah karya kreatif. Peran museum tak ubahnya seperti laboratorium pendidikan universal bagi masyarakat.
Sementara dalam kondisi normal saja tingkat kunjungan masyarakat ke museum masih tergolong rendah. Terlebih jika dibandingkan dengan tingkat kunjungan museum di negara-negara maju yang sangat tinggi. Menurut data yang ada tingkat kunjungan ke museum diberbagai kota diseluruh Indonesia hanya sekitar dua persen dari jumlah penduduk pertahun.
Relatif rendahnya minat masyarakat mengunjungi museum disebabkan oleh berbagai faktor. Salah satunya adalah masih banyaknya museum yang kurang atraktif dalam mengelola benda kuno, cagar budaya maupun koleksi lainnya. Hal ini dapat disebabkan karena keterbatasan sumberdaya manusia yang ada di museum. Seperti tidak adanya seorang edukator (programmer), kurator (pengelola) serta bagian kehumasan (public relation) yang kompeten dan kreatif.
Banyak juga sebagian museum yang memiliki bangunan yang tampak terlihat kumuh dan tidak terawat, terutama museum yang terdapat didaerah. Pengelola museum harus mampu mengubah paradigma lama museum. Dari sekedar bangunan tua tempat benda kuno yang tidak menarik menjadi sebuah laboratorium pendidikan dan ikon wisata kota yang atraktif. Lebih lanjut museum harus berfungsi sebagai sumber belajar dan media pendidikan yang mampu diakses oleh masyarakat luas.
Pihak museum harus berbenah diri dan melakukan banyak promosi kepada masyarakat sehingga masyarakat tertarik untuk berkunjung ke museum dan mendapatkan manfaatnya. Dengan adanya pandemi Covid-19 pihak museum dituntut untuk lebih inovatif dan kreatif dalam melakukan suatu terobosan. Sehingga tugas dan peran museum dalam melayani dan mengedukasi masyarakat tetap dapat terus berjalan.
Salah satu upaya yang dapat dilakukan pihak museum selama masa pandemi Covid-19 adalah dengan memberikan layanan melalui virtual museum. Hal ini sebenarnya telah dilakukan oleh Museum Majapahit sebelum masa pandemi Covid-19 melanda Indonesia. Yakni dengan menghadirkan virtual reality dengan teknologi oculus rift dalam salah satu layanan museumnya. Melalui teknologi ini dapat memberikan kesempatan luas bagi masyarakat untuk lebih dekat dengan museum tanpa terbatas ruang dan waktu. Hal ini juga merupakan pengalaman baru bagi masyarakat dalam mengenalkan sejarah dan warisan budaya secara virtual.
Kini nampaknya dimasa pandemi Covid-19 semua museum dipaksa untuk memberikan pelayanan virtual museum. Agar masyarakat masih dapat melakukan kunjungan ke museum secara virtual dari rumah. Terlebih Google Art dan Culture telah bekerja sama dengan lebih dari 2500 museum dari 80 negara di dunia. Sehingga cukup melalui ponsel masyarakat dapat menjelajahi berbagai museum di dalam maupun di luar negeri secara virtual.
Mengunjungi museum secara virtual tidak kalah asyiknya dengan kunjungan secara nyata. Dengan menggunakan teknologi tinggi mengunjungi museum secara virtual seakan-akan seperti nyata. Karena kita dapat melihat berbagai macam koleksi museum secara tiga dimensi.
Ketika museum telah menjadi destinasi utama bagi masyarakat untuk rekereasi pendidikan. Maka peranan museum sebagai sumber pendidikan alternatif bagi masyarakat dapat tercapai secara maksimal. Karena museum memang merupakan tempat pendidikan, penelitian, pelestarian, sekaligus sebagai hulu industri budaya bagi peradaban sebuah bangsa. Sebetulnya museum juga dapat berperan dalam meningkatkan pengembangan bidang pariwisata daerah.