Lihat ke Halaman Asli

Indrawan Gambiro

Pustakawan di Perpustakaan Proklamator Bung Karno

Seklumit "To Build The World a New" dalam Universalitas Islam

Diperbarui: 11 Juli 2023   11:00

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Saat ini sudah banyak yang menuliskan atau memberitakan tentang keberhasilan Indonesia dalam memasukkan dokumen sejarah Indonesia kedalam daftar Memory of the World. Disini saya hanya ingin menceritakan sedikit isi dari salah satu dokumen tersebut yaitu Pidato Ir.Soekarno "To Build The World a New" di Sidang Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) yang ke XV pada tanggal 30 September 1960 di New York yaitu tentang Universalitas Islam dalam pidato tersebut.

Dimana kita ketahui bersama bahwa Dewan Eksekutif UNESCO dalam sidang pada 10-24 Mei 2023 telah menetapkan tiga arsip dari Indonesia, yaitu : pertama Pidato Ir Soekarno "To Build The World a New", kedua arsip pertemuan pertama Gerakan Non Blok (kedua usulan tersebut dilakukan bersama Aljazair, Mesir, India, Indonesia, dan Serbia) dan ketiga Hikajat Aceh (usulan dilakukan Indonesia bersama Belanda) sebagai Memory of The World (MoW) atau arsip warisan dunia.

Sebenarnya apa sih yang dimaksud dengan Memory of the World itu?

Program Memory of the World (selanjutnya disebut MoW) merupakan program yang digulirkan oleh UNESCO sebuah Badan Khusus Perserikatan Bangsa-Bangsa yang bergerak di bidang Pendidikan, Keilmuan, dan Kebudayaan (United Nations Educational Scientific and Cultural Organization/UNESCO) pada tahun 1992. Program ini dilatarbelakangi keprihatinan atas kondisi penghancuran warisan documenter yang terjadi di berbagai negara. Hal ini menjadikan kekhawatirkan atas sebagian besar warisan dokumenter termasuk naskah kuno, terancam punah, rusak, dan hilang akibat faktor usia dan lingkungan yang tidak kondusif.

Oleh karena itu, perlu dilakukan preservasi secara inklusif, penguatan akses, agar dapat didayagunakan oleh masyarakat, dan menjadi warisan bangsa yang harus menjadi ingatan bagi seluruh dunia. Untuk tujuan tersebut, UNESCO menggulirkan program Memory of the World. Selain melestarikan dan menyelamatkan, program MoW juga mempunyai maksud untuk memperluas promosi negara-negara yang terdaftar dalam register melalui akses warisan dokumenter di seluruh dunia ke seluruh dunia, sehingga tidak hilang dari kancah pengetahuan dunia dan menjadi warisan dokumen penting yang terus diingat dan berpengaruh bagi perkembangan pengetahuan secara global.

Trus berapa dokumen sih yang sudah diakui ?

Sampai saat ini, Indonesia berhasil mendapat pengakuan dunia untuk Naskah La Galigo, Naskah Nagarakretagama, Naskah Babad Diponegoro, Arsip Konferensi Asia Afrika, Arsip Restorasi Borobudur, Dokumentasi Peristiwa Tsunami Samudra Hindia, dan Naskah Cerita Panji.

Presiden RI Joko Widodo (Jokowi) menjelaskan, dari 11 dokumen sejarah milik Indonesia yang saat ini sudah masuk dalam daftar Memory of the World, salah satunya dan yang terkini adalah Naskah Pidato Presiden Pertama RI, Ir.Soekarno pada Sidang Majelis Umum PBB tahun 1960 yang berjudul "To Build The World a New".

Gambaran situasinya seperti apa ya?

Beberapa kepala negara sudah berpidato sebelumnya pada sidang umum PBB di New York tersebut, ketika kesempatan diberikan kepada Bung Karno. Berdiri dengan percaya diri dan gagah mengenakan Jas warna putih, Dasi hitam dan tak ketinggalan Peci hitam simbol nasional menghiasi kepalannya. Ketika kepala negara lain berpidato tidak didampingi oleh ajudan, Bung Karno mengajak ajudannya Letkol (CPM) M. Sabur untuk turut serta ke atas mimbar dan berdiri di sampingnya memegang naskah pidato. Hal yang tidak lazim karena dalam protokoler PBB kepala negara yang hendak berpidato disarankan untuk tidak membawa ajudan alias sendiri.

Bung Karno tidak hanya memukau dalam penampilan luarnya saja, . Pidato Bung Karno memberikan warna tersendiri dalam sidang PBB ke XV , selain disampaikan secara berapi-api juga dalam isi pidatonya yang membuat banyak kepala negara dunia pada saat itu terkejut. Ya  "To Build The World a New" membangun Tata Dunia Baru . Tidak semua kepala negara dunia berani menyuarakan pidato sekeras itu .  Pidato yang menggugat tatanan dunia yang dianggap sempurna walaupun sebenarnya penuh dengan ketidakadilan, diskriminasi, penguasaan negara atas negara lain.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline