Lihat ke Halaman Asli

Iwan Indrawan

Sebuah ikatan bathin untuk negeri

Bu Risma Lagi...

Diperbarui: 6 Desember 2021   15:35

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pemerintahan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Bismillah,

Baru kemarin saya tulis tentang Bu Risma, sekarang saya kembali menulis.

Intinya akan mengenai posisi, peran dan sikap.

Naik populer dari Surabaya dengan scoop kota dan wilayah seperti tu, sepertinya tidak menjamin kesuksesan untuk wilayah yang lebih atau sangat besar. Kiranya tidak semua model diperlakukan sama atau dengan imajinasi personal untuk menghadapi permasalahan yg lebih besar dengan scoop dan tantangan yang berbeda.

Gaya atau model perlakuan dan sikap yang digunakan di suatu tempat belum tentu akan sama dengan tempat lain. Ini kiranya haru menjadi key point yang penting, sebab dampaknya dari seorang pejabat publik akan berpengaruh pada apa yang dirasakan publik dan akan menjadi image publik terhadap kinerja pemerintah.

Jika di Surabaya bisa dengan langsung memarahi tukang sapu, memarahi tukang parkir, memarahi petugas kelurahan, memarahi petugas anu, petugas ini, petugas itu, dan terlihat dampaknya mungkin karena scoop nya memang kecil dan bisa langsung berdampak sebab petugas-petugas itu bekerja di wilayahnya.

Bisa dibayangkan dengan pola yang sama sekarang Bu Risma menerapkan hal yang sama, memarahi petugas-petugas, bisa dibayangkan jika diwaktu yang sama ada beberapa daerah di Indonesia mengalami hal yang perlu penanganan, haruskah memarahi setiap petugas-petugasnya?????

Kembali ini wilayah publik yang lebih besar, lebih majemuk dan lebih komplek. Di wilayah ini yang diperlukan adalah manajemen, pengelolaan keadaan, planning bahkan rencana tindakan. Bukan hanya setiap ada masalah harus dihadapi dengan marah-marah, teriak-teriak, salahkan si sini salahkan si itu. Come on, ini wilayah besar. 

Kalau manajemen nya bagus, perencanaannya bagus semua tinggal melakukan sesuai planning, jika ada kesalahan atau ketidaktepatan akan menjadi hal yang wajar. 

Menjadi tidak wajar jika kesalahan itu semakin banyak dan besar perlu ditelaah kembali manajemen yang diterapkan seperti apa. Lebih parah lagi jika memang tidak memakai manajerial untuk mengatasi banyak masalah yang ada bahkan yang akan datang.

Posisi seorang menteri adalah posisi terhormat, bukan hal mudah mencapai itu, namun apa yang menjadi harapan rakyat yang notabene adalah juragannya hendaklah menjadi acuan utama karena posisinya memang pejabat publik, pejabat rakyat.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline