Bagi sebagian besar orang, MEA (Masyarakat Ekonomi Asean) menjadi momok yang sangat menakutkan dan syarat akan kepentingan. Bagaimana tidak, dengan hadirnya MEA perdagangan makin bebas dan tidak mudah dikendalikan. Tidak hanya soal perdagangan barang saja, hingga tenaga kerja pun akan lebih mudah keluar masuk negara anggota MEA.
Timbul pertanyaan "siap kah Indonesia menghadapi MEA?". Tapi melihat kondisi saat ini, pertanyaan itu sudah tidak boleh dipertanyakan lagi. Karena siap ataupun tidak siap Indonesia harus menghadapi MEA.
Indonesia yang kaya akan potensi sumber daya alam dan manusianya seharusnya tidak gentar menghadapi MEA. Di sektor pertanian, Kita memiliki berbagai macam sumberdaya pangan yang dapat menciptakan kedaulatan pangan bagi kita. Dan jumlah penduduk kita yang lebih dari 255 juta orang seharusnya bukan halangan bagi kuta di sumberdaya manusia.
Tapi sayangnya hingga saat ini pertanyaan seperti itu masih muncul. Itu berarti kita masih belum percaya diri dalam menghadapi perdagangan bebas ini. Mindset konsumtif masih merajalela di pikiran kita. Ini persoalan utama yang menghambat kita untuk meningkatkan produktifitas kita dalam berperan di MEA.
Tak bisa dipungkiri kualitas produk dalam negeri kita masih kalah dengan produk luar. Dan marketing produk kita pun masih kalah. Itu menyebabkan lemahnya sektor perekonomian kita. Disamping itu, pelaku peserta MEA pun masih sedikit.
Melihat Indonesia mari kita melihat desa kita. Desa kita lah yang akan mendukung suksesnya Indonesia menghadapi MEA. Dengan UMKM Desa kita dapat menghadapi MEA. Ini adalah solusi strategis dalam masalah MEA ini.
Tapi sayangnya UMKM di desa pun memiliki berbagai kendala. Perlu strategi khusus untuk meningkatkan UMKM di desa agar dapat bersaing di MEA yang akan dibuka 31 Desember 2015 ini. seperti infrastruktur, fasilitas dan bahkan pengetahuan tentang MEA itu sendiri. Oleh karena itu perlu penyusunan strategi yang matang untuk ini.
Strategi utama nya yaitu adalah dengan meningkatkan wawasan pelaku UMKM di desa tentang MEA itu sendiri. Masih banyak UMKM di desa yang masih kurang wawasan terhadap MEA saat ini. Terutama tentang hal-hal mendasar tentang apa saja yang terkait dengan MEA serta prospek dan tantangan menghadapi MEA.
"kita harus bisa meningkatkan efisiensi dan kualitas produk yang dihasilkan oleh UMKM yang ada di desa. Hal ini dilakukan agar produk-produk yang dihasilkan desa dapat diadu kualitas dan harganya dengan produk Negara lain,” jelas Marwan dalam Seminar Nasional HIPMIKINDO di Gedung SME Tower, Jakarta, Kamis (5/11)
Penyelenggaraan pelatihan-pelatihan untuk meningkatkan kapabilitas sdm sesuai bidangnya dalam menghadapi MEA pun harus ditingkatkan. Perkembangan e-commerce yang tinggi di Indonesia dapat menjadi peluang untuk meningkatkan akses pasar produk-produk desa kita. Bagaimana tidak, dari 255 juta penduduk Indonesia, pengguna internet kini mencapai 150 juta, dan sebanyak 85,5 juta aktif berbelanja/berjualan online. Potensi yang besar ini seharusnya dapat dimanfaatkan dengan baik oleh para pelaku UMKM untuk memasarkan produk-produk desa mereka.
Tidak ada alasan lagi seharusnya bagi Indonesia takut menghadapi MEA. Tinggal bagaimana kita yang akan mengikuti arus MEA atau ikut serta terlibat dalam MEA ini sendiri untuk membangun negara ini. Semoga dengan produktifitas dan kualitas UMKM Desa yang meningkat dapat mejadi jawaban kita atas siap tidak nya kita menghadapi MEA.