Lihat ke Halaman Asli

indra Tranggono

Wiraswasta

Konsistensi dan Spirit Pembebasan "The Jongos"

Diperbarui: 24 Oktober 2024   08:48

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Foto: KOMPAS/SAIFUL RIJAL YUNUS

Perjalanan repertoar teater "The Jongos" terus berlanjut. Tanggal 19 Oktober 2024 lalu, "The Jongos" tampil di forum Maiyah Padhang mBulan, Jombang, Jawa Timur. 

Sekitar seribu orang mengapresiasi penampilan "The Jongos", garapan Dapoer Seni Djogja. Mereka terhibur dan mendapatkan pelbagai renungan seputar kemanusiaan, hukum dan demokrasi. Konten dikemas dalam gaya parodi dan satire.

Salah satu tokoh Maiyah Padhang mBulan Adil Amrullah atau Adil Sadewa mengapresiasi istiqomah (konsistensi dan keteguhan dalam tindakan) para awak Dapoer Seni Djogja (Indra Tranggono/penulis naskah, Isti Nugroho/sutradara, Joko Kamto, Eko Winardi, Novi Budianto (aktor), Toto Rahardjo dan Azied Dewa /penata musik, Wardono/penata cahaya dan Vincensius Himawan /penata artistik). 

Rata-rata mereka sudah berkecimpung dalam dunia seni sekitar 30-40 tahun. Tanpa putus. Bahkan saat mereka memasuki lansia, kreativitas mereka tetap mengalir, memberikan makna kultural bagi masyarakat.

Toto Rahardjo, aktivis LSM dan pendidikan yang juga banyak terlibat di dalam aktivitas bersama budayawan Emha Ainun Nadjib, mengatakan keberadaan Dapoer Seni Djogja tidak bisa dilepaskan dari Emha. 

Pasalnya, sebagian besar personil Dapoer Seni Djogja pernah berinteraksi intensif dengan Emha. Mereka punya kampus bernama "Universitas Patangpuluhan" (Unpat) Yogyakarta, rumah kontrakan Emha.

Di rumah dekat Pasar Legi itu, pada era 1980-an, setiap hari mereka "ngangsu kawruh" pada Emha, tentang berbagai soal, dari sastra, teater, politik, budaya, agama, filsafat, humaniora dan lainnya. Juga terjadi "penggemblengan" sikap yang terkait dengan pembentukan kepribadian.

"Berteater atau berkesenian itu nomor satu adalah menjadi manusia. Perkara menjadi aktor atau seniman, itu hanyalah efek. Di sini, integritas dan komitmen jadi sangat penting, " ujar Emha Ainun Nadjib, suatu ketika.

Karena kemanusiaan yang diolah, kata Emha, maka terbukalah ruang-ruang kepribadian yang memberikan kemungkinan untuk membangun karakter. 

Memperkuat karakter berarti mengasah intelektualitas, jiwa, intuisi, imajinasi dan seluruh piranti (software) halus manusia. Dari sini terbangun integritas, komitmen dan dedikasi.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline